Tugas Mandiri Dosen Pembimbing
Workshop Matematika Defi,
S.Pd.
“MEDIA
PEMBELAJARAN”
Disusun Oleh:
Dessy Rasihen 11115202496
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah serta nikmat-Nya yang telah
diberikan kepada kita semua sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Terima kasih penyusun sampaikan kepada Ibu Defi,
S.Pd, sebagai dosen pembimbing mata
kuliah Workshop Matematika dan kepada teman-teman yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Makalah
ini membahas tentang “Media Pembelajaran”,
semoga makalah ini dapat berguna untuk kita semua, sebagai referensi untuk
mendalami mata kuliah pendidikan dasar
matematika di universitas.
Penyusun menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun untuk mencapai kesempurnaan. Apabila ada kekurangan
itu dating dari kami, dan apabila ada kelebihan itu datang dari ALLah SWT.
Penyusun,
Februari 2013
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR
ISI
ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
1
B. Rumusan
Masalah
2
C. Tujuan
2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Definisi
Media Pembelajaran
3
B. Media
sebagai Alat dan Sumber Belajar
5
C.
Perkembangan Konsepsi Media Pembelajaran
6
D. Landasan
Penggunaan Media Pembelajaran
9
E. Fungsi Media Pembelajaran
12
F. Tekhnik
dan Kriteria Pemilihan Media
15
BAB
III PENGGUNAAN MEDIA
A. Media
Berbasis Manusia
18
B. Media
Berbasis Cetakan
23
C.
Media Berbasis Visual
25
D. Media
Berbasis Audio-Visual
28
E. Media
Berbasis Komputer
29
F. Pemanfaatan
Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar
34
BAB
IV EVALUASI MEDIA PEMBELAJARAN
A.
Evaluasi Bacaan
38
B.
Evaluasi Papan Tulis
39
C.
Evaluasi Gambar
40
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
41
B. Saran
41
DAFTAR PUSTAKA
42
Jurusan Pendidikan Matematika / IV D
Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau
Tahun Pelajaran 2012 / 2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pendidikan adalah usaha sadar dan
sistematis yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk
mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan
cita-cita pendidikan. Dalam arti lain, pendidikan merupakan pendewasaan peserta
didik agar dapat mengembangkan bakat, potensi dan keterampilan yang
dimiliki dalam menjalani kehidupan, oleh
karena itu sudah seharusnya pendidikan didesain guna memberikan pemahaman serta
meningkatkan prestasi belajar peserta didik (siswa).
Prestasi belajar
siswa disekolah sering diindikasikan dengan permasalahan belajar dari siswa
tersebut dalam memahami materi. Indikasi ini dimungkinkan karena factor belajar
siswa yang kurang efektif, bahkan siswa sendiri tidak merasa termotivasi
didalam mengikuti pembelajaran di kelas. Sehingga menyebabkan siswa kurang atau
bahkan tidak memahami materi yang bersifat sukar yang diberikan oleh guru
tersebut.
Agar siswa
memahami materi dengan baik, dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran
dikelas, guru harus menggunakan atau mencari strategi pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik siswanya, sehingga penggunaan media disini dalam proses
pemebalajaran sangat cocok dan penting untuk menunjang guru dalam meningkatkan
kepehaman siswa dalam memahami materi pembelajaran dikelas. Dengan demikian,
diharapkan media pembelajaran ini bias membantu guru dalam menciptakan
pemebelajaran yang menyenangkan dan bermakna.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1)
Apakah Definisi Media Pembelajaran?
2)
Apakah kaitannya media sebagai alat
dan media sebagai sumber belajar?
3)
Bagaimana perkembangan konsepsi
media pembelajaran?
4)
Apakah landasan penggunaan media
pembelajaran itu?
5)
Apa saja fungsi media pembelajaran?
6)
Apakah Tekhnik dan Kriteria
pemilihan media pembelajaran?
7)
Jelaskan penggunaan media
pembelajaran, baik yang berbasis manusia, cetakan, visual, audio-visual,
computer, dan perpustakaan!
8)
Bagaimana mengevaluasi media
pembelajaran?
C.
TUJUAN
1) Mengetahui
definisi media pembelajaran.
2) Mengetahui
kaitan media sebagai alat dan media sebagai sumber belajar.
3) Mengetahu
perkembangan konsepsi media pembelajaran.
4) Mengetahu
landasan-landasan yang digunakan dalam media pembelajaran.
5) Mengetahui
fungsi media pembelajaran itu sendiri.
6) Mengetahu
tekhnik dan criteria pemilihan media pembelajaran.
7) Bisa
menjelaskan dan mengetahui penggunaan media pembelajaran yang berbasis manusia,
cetakan, visual, audio-visual, computer, maupun perpustakaan.
8) Dan
bisa mengevaluasi media pembelajaran dengan baik dan benar.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Kata media merupakan
bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara
atau pengantar terjadi komunikasi dari pengirim menuju penerima[1].
Media merupakan salah satu komponen komunikasi yaitu sebagai pembawa pesan dari
komunikator menuju komunikan. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan:
a.
Media pembelajaran merupakan wadah dari
pesan
b.
Materi yang ingin disampaikan adalah
pesan pembelajaran
c.
Tujuan yang ingin dicapai adalah proses
pembelajaran
Secara umum dapat dikatakan media
mempunyai kegunaan, antara lain [2]:
1.
Memperjelas pesan agar tidak terlalu
verbalistis
2.
Mengatasi keterbatasan ruang, waktu
tenaga dan daya indra.
3. Menimbulkan
gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.
4. Memungkinkan
anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan
kinestetiknya.
5. Member
rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang
sama.
6.
Proses pembelajaran mengandung lima
komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media
pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Jadi media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
(bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan
perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Selain itu, kontribusi media
pembelajaran adalah sebagai berikut[3] :
1.
Penyampaian pesan pembelajaran dapat
lebih standar
2. Pembelajaran
dapat lebih menarik
3. Pembelajaran
menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar
4. Waktu
pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek
5. Kualitas
pembelajaran dapat ditingkatkan
6. Proses
pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlakukan
7. Sikap
positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat
ditingkatkan
8.
Peran guru mengalami perubahan kearah
yang positif.
Karakteristik dan kemampuan
masing-masing media perlu diperhatikan oleh guru agar mereka dapat memilih
media mana yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
Media
pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen
system pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses
pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara
optimal. Posisi media pembelajaran sebagai komponen komunikasi ditunjukan pada
gambar berikut :
|
|
|
|
|
|
Proses
Media dalam system Pembelajaran
B.
MEDIA
SEBAGAI ALAT DAN SUMBER BELAJAR
a.
Media sebagai alat
Media sebagai alat bantu dalam
proses pembelajaran merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri
adanya. Hal itu dikarenakan guru harus menggunakannya dalam proses pembelajaran
untuk membantu tugasnya dalam menyampaikan materi kepeserta didik. Guru
sekarang sudah sangat sadar bahwa penggunaan media dalam proses pembelajaran
itu sangat dibutuhkan agar peserta didik agar lebih mudah menerima dan mencerna
materi yang disampaiakan oleh guru tersebut, lebih-lebih lagi ketika materi
pelajaran yang disampaikan oleh guru-guru itu runtut dan kompleks tentunya
media sebagai alat inilah yang dapat membantunya dalam menyampaikan materi
tersebut.
Materi pelajaran senantiasa
memiliki tingkat kesukaran yang berbeda-beda. Mungkin saja ada suatu mata
pelajaran yang tidak membutuhkan media sebagai alat bantu dalam penyampaiannya,
tapi adapula matapelajaran yang memang harus menggunakan media sebagai alat
bantu dalam menyampaikannya.
Guru yang sudah profosional dan
bijak biasanya sadar bahwa kebosanan dan kelelahan peserta didik dalam belajar selalu
berawal dari penjelasan materi yang tidak teratur atau terlalu simpang siur
yang disampaikan oleh guru, focus masalahnya tidak jelas, hubungan penjelasan
dengan materi tidak sesuai, ditambah lagi guru tidak atau belum menguasai
materi yang disampaikan dan lain-lain. Hal seperti itu memerlukan jalan keluar
dengan segera, salah satunya guru harus mengahadirkan media untuk membantunya
dalam menyampaikan materi kepada peserta didik.
Media sebagai alat, memiliki fungsi
melancarkan jalan menuju tercapainya tujuan dan standar kompetensi dari suatu
matapelajaran[4].
Ini dilandasi dengan suatu keyakinan bahwa proses pembelajaran dengan bantuan
media dapat mempertinggi kegiatan belajar peserta didik dalam tenggang waktu
yang cukup lama.
b.
Media sebagai sumber belajar
Proses pembelajaran merupakan
kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan gunanya untuk
mempengaruhi peserta didik agar mereka dapat mencapai tujuan atau standar
kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum itu. Kegiatan melaksanakan kurikulum
berarti kegiatan menyampaikan materi pembelajaran yang sarat dengan nilai untuk dikonsumsi setiap peserta didik. Perlu diingat bahwa nilai tidak dating dengan sendirinya. Nilai dapat diambil dari berbagai
sumber. Sumber belajar sangat banyak dan bisa saja terdapat dimana-mana,
misalnya: di sekolah, di perpustakaan, di halaman, di kota, di desa, di hutan,
dipabrik dan dimasyarakat. Sumber belajar itu sendiri adalah segala sesuatu
yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana materi pembelajaran diperoleh
seseorang (peserta didik), segala sesuatu yang dijadikan rujukan dalam
memperoleh sesuatu (pengetahuan, sikap dan keterampilan). Sumber belajar bisa
berbentuk buku paket, majalah, surat kabar, dan lain-lain. Media sebagai sumber
belajar juga dapat dikelompokkan menjadi lima yaitu manusia, perpustakaan/buku,
media masa, lingkungan, dan media pendidikan (media sebagai alat)[5].
C.
Perkembangan
Konsepsi Media Pembelajaran
Pada awal
sejarah pembelajaran, media hanyalah merupakan alat bantu yang dipergunakan
oleh seorang guru untuk menerangkan pelajaran. Alat bantu yang mula-mula
digunakan adalah alat bantu visual, yaitu berupa sarana yang dapat memberikan
visual kepada siswa, antara lain untuk mendorong motivasi belajar, memperjelas
dan mempermudah konsep yang abstrak dan mempertinggi daya serap dan retensi
belajar. Kemudian dengan berkembangnya teknologi, khususnya teknologi audio
pada pertengahan abak ke-20 lahirlah alat bantu audio visual yang terutama
menggunakan pengalaman yang kongkrit untuk menghindari verbalisme. Dalam usaha
memanfaatkan media sebagai alat bantu, Edgar Dale mengadakan klasifikasi
menurut tingkat dari yang paling kongkrit ke yang paling abstrak.
Klasifikasi
tersebut kemudian dikenal dengan nama “kerucut
pengalaman” dari Edgar Dale dan pada saat itu dianut secara luas dalam
menentukan alat bantu yang paling sesuai untuk pengalaman belajar.
Pada akhir tahun 1950
teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan media, sehingga fungsi media
selain sebagai alat bantu juga berfungsi sebagai penyalur pesan. Kemudian
dengan masuknya pengaruh teori tingkah
laku dari B.F. Skinner, mulai tahun 1960 tujuan belajar bergeser kearah
perubahan tingkah laku belajar siswa, karena menurut teori ini membelajarkan
orang adalah merubah tingkah lakunya. Pembelajaran terprogram (pengajaran
berprogram) adalah merupakan produk dari aliran Skinner ini
Gambar
Kerucut Edgar Dale
Pada tahun 1965 pengaruh pendekatan system mulai memasuki
khazanah pendidikan dan pembelajaran. Hal tersebut mendorong digunakannya media
sebagai bahan integral dalam proses pembelajaran. Perencanaan dan pengembangan
pembelajaran dilaksanakan secara sistematik berdasarkan kebutuhan dan
karakteristik siswa, serta diarahkan kepada perubahan tingkah laku sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Dari sini kemudian berkembang suatu konsep
pendekatan system, dan memanfaatkan media. Perkembangan media pembelajaran
memang mengikuti perkembangan teknologi pendidikan. Apabila ditelaah lebih
lanjut, berkembangnya paradigm dalam teknologi pendidikan mempengaruhi
perkembangan media pembelajaran, antara lain sebagai berikut[6] :
1.
Dalam paradigm pertama,
media pembelajaran samadengan alat peraga audio visual yang dipakai oleh
instruktur untuk melaksanakan tugasnya.
2. Dalam
paradigma kedua, media dipandang sebagai sesuatu yang
dikembangkan secara sistematik serta berpegang pada kaidah komunikasi
3. Dalam
paradigm ketiga, media dipandang sebagai bagian
integral dalam system pembelajaran dank arena itu menghendaki adanya perubahan
pada komponen-komponen lain dalam proses pembelajaran
4.
Media pembelajaran,
dalam paradigm keempat, lebih dipandang sebagai salah satu sumber yang dengan
sengaja dan bertujuan dikembangkan dan atau dimanfaatkan untuk keperluan
belajar.
Kita
sekarang berada dalam suatu era informasi, yang ditandainya dengan tersedianya
informasi yang makin banyak dan bervariasi, tersebarnya informasi yang makin
meluas dan seketika, serta tersajinya informasi dalam berbagai bentuk dalam
waktu yang singkat. Media telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan, walaupun
dalam derajat yang berbeda-beda. Bahkan seorang arsitek Amerika terkemuka,
Buckminster Fuller, menyatakan bahwa media adalah orang tua ketiga (guru adalah
orang tua kedua).
Dengan
konsepsi yang makin mantap, fungsi media dalam kegiatan pembelajaran tidak
hanya sekedar alat bantu guru, melainkan sebagai pembawa informasi atau pesan
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan demikian seorang guru
dapat memusatkan tugasnya pada aspek-aspek lain seperti pada kegiatan bimbingan
dan penyuluhan individual dalam kegiatan pembelajaran.
D.
Landasan
Penggunaan Media Pembelajaran
Ada
beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran, antara lain
landasan filosofis, psikologis, teknologis, dan empiris[7].
a. Landasan
Filosofis
Ada suatu pandangan, bahwa dengan digunakannya
berbabagai jenis media hasil teknologi baru didalam kelas, akan berakibat
proses pembelajaran yang kurang manusiawi. dengan kata lain, penerapan teknologi
dalam pembelajaran akan terjadi dehumanisasi. Benarkah pendapat tersebut?.
Bukankah dengan adanya berbagai media pembelajaran justru siswa dapat mempunyai
banyak pilihan untuk digunakan media yang lebih sesuai dengan karakteristik
pribadinya?. Dengan kata lain, siswa dihargai harkat kemanusiaannya diberi
kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan
kemampuannya. Dengan demikian, penerapan teknologi tidak berarti dehumanisasi.
Sebenarnya perbedaan pendapat tersebut tidak
perlu muncul, yang penting bagaimana pandangan guru terhadap siswa dalam proses
pembelajaran. Jika guru menganggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki
kepribadian, harga diri, motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda
dengan yang lain, maka baik menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak,
proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan pendekatan humanis.
b.
Landasan Psikologis
Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses
belajar, maka ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Disamping itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi
hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media disamping memperhatikan
kompleksitas dan keunikan proses belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media
disamping memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar, memahami
makna persepsi serta factor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan
persepsi hendaknya diupayakan secara optimal agar proses pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif. Untuk maksud tersebut, perlu :
1. Diadakan
pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian siswa serta
memberikan kejelasan objek yang diamatinya,
2. Bahan
pembelajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa.
Kajian Psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih
mudah mempelajari hal yang konkrit ketimbang yang abstrak[8].
Berkaitan dengan hubungan konkrit-abstrak dan kaitannya dengan penggunaan media
pembelajaran, ada beberapa pendapat antara lain :
1. Jerome Bruner,
mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari
belajar dengan gambaran atau film kemudian kebelajar dengan symbol, yaitu
menggunakan kata-kata. Menurut Bruner, hal ini juga berlaku tidak hanya untuk
anak tetapi juga untuk orang dewasa.
2. Charles F. Haban, mengemukakan
bahwa sebenarnya nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam
proses penanaman konsep, ia membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang
dari nyata ke yang paling abstrak.
3. Edgar Dale, membuat
jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam
pengalaman nyata, kemudian menuju siswa sebagai pengamat kejadian nyata,
dilanjutkan kesiswa sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan
media, dan terakhir siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan
symbol.
c.
Landasan Teknologis
Teknologi pembelajaran adalah teori dan
praktek perancangan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, dan penilaian
proses dan sumber belajar. Jadi,
teknologi pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan
orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah,
mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah-masalah
dalam situasi dimana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol[9].
Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalah dilakukan dalam bentuk kesatuan
komponen-komponen system pembelajaran yang disusun dalam fungsi desain atau
seleksi, dan dalam pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadi system
pembelajaran yang lengkap.
d.
Landasan Empiris
Temuan-temuan
penelitian menunjukan bahwa terdapat interaksi antara penggunaan media
pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar
siswa. Artinya, siswa akan mendapatkan keuntungan yang signifikan bila ia
belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik tipe atau
gaya belajarnya. Siswa yang memiliki tipe atau gaya belajar visual akan lebih
memperoleh keuntungan apabila pembelajaran menggunakan media visual, seperti
gambar, diagram, video atau film. Sementara siswa yang memiliki tipe belajar
auditif, akan lebih suka belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman
suara atau ceramah guru. Akan lebih tepat dan menguntungkan siswa dari kedua
tipe belajar tersebut jika menggunakan media audio-visual. Berdasarkan landasan
rasional empiris tersebut, maka pemilihan media pembelajaran hendaknya jangan
atas dasar kesukaan guru, tetapi harus mempertimbangkan kesesuaian antara
karakteristik pebelajar, karakteristik materi pelajaran, dan karakteristik
media itu sendiri[10].
E. Fungsi Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi
sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Fungsi
media dalam proses pembelajaran ditunjukan pada gambar berikut :
Dalam kegiatan interaksi
antara siswa dengan lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya
kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran.
Tiga kelebihan kemampuan media adalah
sebagai berikut[11]
:
1.
Kemampuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan dan menampilkan
kembali suatu objek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, objek atau kejadian
dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada
saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya.
2.
Kemampuan manipulative, artinya media dapat menampilkan kembali objek atau
kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan,
misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula
diulang-ulang penyajiannya.
3. Kemampuan
distributif, artinya media mampu
menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara
serempak, misalnya siaran TV atau Radio.
Hambatan-hambatan komunikasi dalam
proses pembelajaran adalah sebagai berikut[12]:
1.
Verbalisme,
artinya
siswa dapat menyebutkan kata tetapi tidak mengetahui artinya. Hal ini terjadi
karena biasanya guru mengajar hanya dengan penjelasan lisan (ceramah), siswa
cenderung hanya menirukan apa yang dikatakan guru.
2.
Salah
tafsir, artinya dengan istilah atau kata yang sama diartikan
berbeda oleh siswa. Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya menjelaskan
secara lisan dengan tanpa menggunakan media pembelajaran yang lain, misalnya
gambar, bagan, model, dan sebagainya.
3.
Perhatian
tidak berpusat, hal ini dapat terjadi karena beberapa
hal antara lain gangguan fisik, ada hal lain yang lebih menarik mempengaruhi
perhatian siswa, cara mengajar guru membosankan, cara menyajikan bahan
pelajaran tanpa variasi, kurang adanya pengawasan dan bimbingan guru.
4.
Tidak
terjadinya pemahaman, artinya kurang memiliki
kebermaknaan logis dan psikologis. Apa yang diamati atau dilihat, dialami
secara terpisah. Tidak terjadi proses berfikir yang logis mulai dari kesadaran
hingga timbulnya konsep.
Pengembangan media
pembelajaran hendaknya diupayakan untuk memanfaatkan kelebihan-kelebihan yang
dimiliki oleh media tersebut dan berusaha menghindari hambatan-hambatan yang
mungkin muncul dalam proses pembelajaran. Secara rinci, fungsi media dalam
proses pembelajaran adalah sebagai berikut[13] :
1.
Menyaksikan benda yang ada atau
peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan perentaraan gambar, potret,
slide, film, video, atau media yang lain, siswa dapat memperoleh gambaran yang
nyata tentang benda/peristiwa sejarah.
2.
Mengamati benda/peristiwa yang sukar
dikunjungi, baik karena jaraknya jauh, berbahaya, atau terlarang. Misalnya
video tentang kehidupan harimau dihutan, keadaan dan kesibukan di pusat reactor
nuklir, dan sebagainya.
3.
Memperoleh gambaran yang jelas tentang
benda/hal-hal yang sukar diamati secara langsung karena ukurannya yang tidak
memungkinkan, baik karena terlalu besar atau terlalu kecil. Misalnya dengan
perantaraan paket siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang bendungan
dan kompleks pembangkit listrik, dengan slide dan film siswa memperoleh
gambaran tentang bakteri, amuba, dan sebagainya.
4.
Mendengar suara yang sukar ditangkap
dengan telinga secara langsung. Misalnya rekaman suara denyut jantung dan
sebagainya.
5.
Mengamati dengan teliti
binatang-binatang yang sukar diamati secara langsung karena sukar ditangkap.
Dengan bantuan gambar, potret, slide, film atau video siswa dapat mengamati
berbagai macam serangga, burung hantu, kelelawar, dan sebagainya.
6.
Mengamati peristiwa-peristiwa yang
jarang terjadi atau berbahaya untuk didekati. Dengan slide, film, atau video
siswa dapat mengamati pelangi, gunung meletus, pertempuran, dan sebagainya.
7.
Mengamati dengan jelas benda-benda yang
mudah rusak/sukar diawetkan.
8.
Dengan mudah membandingkan sesuatu.
9.
Dapat melihat secara cepat suatu proses
yang berlangsung secara lambat
10.
Dapat melihat secara lambat
gerakan-gerakan yang berlangsung secara cepat
11.
Mengamati gerakan-gerakan mesin/alat
yang sukar diamati secara langsung
12.
Melihat-melihat bagian yang tersembunyi
dari suatu alat.
13.
Melihat ringkasan dari suatu rangkaian
pengamatan yang panjang/lama.
14.
Dapat menjangkau audien yang besar
jumlahnya dan mengamati suatu objek secara serempak.
15.
Dapat belajar sesuai dengan kemampuan,
minat, dan temponya masing-masing.
F.
Tekhnik
dan Kriteria Pemilihan Media
Pemilihan media pembelajaran yang
sesuai dengan standar kompetensi dan indicator yang telah ditetapkan pada
dasarnya merupakan suatu perluasan keterampilan berkomunikasi yang membutuhkan
suatu proses yang rinci, sistimatis dan khusus. Memilih media pembelajaran yang
terbaik untuk standar kompetensi dan indicator suatu pembelajaran bukan
merupakan suatu pekerjaan yang sepele dan bukan pula suatu pekerjaan yang
mudah. Karena pemilihan media tersebut didasarkan pada berbagai prinsip dan
factor yang saling mempengaruhi.
Ada beberapa prinsip dalam memilih
media pembelajaran yang harus diperhatikan oleh guru. Yang terpenting dalam
pemeilihan media pembelajaran dimaksudkan adalah adanya norma atau patokan yang
digunakan pada proses pemilihan media itu. Adapun tekhnik pemilihan media
antara lain[14]
:
1. Pemilihan
media pembelajaran harus dikaji tujuan dan standar kompetensinya disamping itu
harus memperhatikan kesesuaian dengan keterbatasan yang ada, baik keterbatasan
dalam aspek tenaga, fasilitas maupun dana yang dimiliki.
2. Pemilihan
dan penggunaan suatu media pembelajaran harus melibatkan tenaga yang mampu,
terampil dan professional untuk memanfaatkannya disetiap lembaga pendidikan.
Biaya yang dibutuhkan juga harus tersedia dan terjangkau oleh suatu lembaga
pendidikan yang bersangkutan.
3. Dalam
menggunakan media pembelajaran harus ada kejelasan mengenai maksud dan tujuan
pemilihan media pembelajaran.
4. Familiaritas
media, yaitu mengenai cirri-ciri dan sifat-sifat media pembelajaran yang akan
dipilih, serta adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan untuk proses
pengambilan keputusan dari berbagai alternative pemecahan yang dituntut oleh
tujuan pemilihan media pembelajaran itu.
Untuk memilih media mana yang harus
digunakan dalam proses pembelajaran harus memperhatikan pada enam kriteria
berikut ini[15]
:
1. Ketepatan
media pembelajaran yang akan digunakan dengan standar kompetensi dan indicator
suatu mata pelajaran atau materi atau materi yang akan disajikan, artinya media
pembelajaran dipilih berdasarkan standar kompetensi dan indicator yang sudah
ditetapkan. Standar kompetensi berisikan unsure pemahaman, aplikasi, sintesis
lebih dimungkinkan digunakannya media pembelajaran.
2. Media
pembelajaran yang dipilih harus dapat mendukung atau membantu terhadap isi
materi pembelajaran. Artinya materi pembelajaran yang bersifat fakta, konsep,
prosedur, dan prinsip sangat memerlukan bantuan media dalam penyampainnya
kepada peserta didik agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik.
3. Media
pembelajaran tersebut mudah diperoleh, artinya media yang diperlukan itu mudah
didapatkan, paling tidak mudah dibuat atau dapat oleh guru dan dapat
ditampilkan waktu mengajar. Misalnya media grafik, pada umumnya media ini dapat
dibuat sendiri oleh guru dengan biaya yang relative murah, disamping sederhana dan
juga sangat mudah menggunakannya.
4. Keterampilan
guru sangat mendukung dalam menggunakannya. Apapun media yang digunakan guru
dalam proses pembelajaran syarat utamanya adalah guru dapat dan terampil
menggunakannya. Perlu diingat oleh guru bahwa nilai dan manfaat yang diharapkan
bukan terletak pada medianya, akan tetapi dampak penggunaan media tersebut oleh
guru pada saat terjadinya proses interaksi dengan peserta didik dan lingkungan
yang ada. Adanya computer, OHP, VCD, DVD, dan alat canggih lainnya tidak akan
mempunyai makna sama sekali jika guru tidak dapat menggunakannya dalam proses
pembelajaran untuk mempertinggi kualitas pembelajaran itu.
5. Ketersedian
waktu untuk menggunakannya. Setiap media pembelajaran yang digunakan
membutuhkan waktu untuk mempersiapkan dan menggunakannya, oleh karena itu guru
yang akan menggunakan media pembelajaran dalam berinteraksi dengan peserta
didik harus menghitung dan memperkirakan waktu yang tersedia, atau cukup waktu
tersebut atau tidak.
6. Kesesuain
dengan taraf berpikir peserta didik. Memilih media pembelajaran yang akan
digunakan harus sesuai dengan taraf berpikir peserta didik, sehingga makna yang
terkandung didalamnya dapat dipahami oleh peserta didik. Misalnya menyajikan
grafik yang berisikan data dan angka atau proporsi dalam bentuk persen bagi
peserta didik tingkat dasar (SD) tidak ada manfaatnya. Mungkin saja pada usia
tersebut akan lebih bermakna bila disajikan melalui gambar atau poster.
BAB
III
PENGGUNAAN MEDIA
Berikut ini akan
diuraikan prinsip-prinsip pengunaan dan pengembagaan media pembelajaraan. Media pembelajaraan yang akan dibahas
tersebut akan mengikuti taksonomi leshin, dan kawan-kawan (1992) yaitu media
berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main peran, kegiataan kelompok dan
lain-lain), media berbasis cetakan
(buku, penuntun, buku kerja/latihan, dan lembaraan lepas), media
berbasis visual (buku, charts,grfik,
peta figur/gambar, transparansi, film bingkai, atau slide), media berbasis audio-visual (vidio, film, slide bersama
tape, televisi), dan media berbasis komputer (pengajaraan dengan bantuaan
komputer dan vidio interaktif).
A.
MEDIA
BERBASIS MANUSIA
Media berbasis manusia
merupakan media tertua yang digunakan untuk mengirimkan mengkomunikasikan pesan
atau informasi. Salah satu contoh yang terkenal dalah gaya tutorial socrates.
Sistem ini tentu dapat menggabungkannya dengan media visual lain. Pertanyaan
yang timbul adalah, Bagaimana kita dapat mengunakaan komunikasi tatap muka
atara-manusia agar pelaksanaan rencana pembelajaraan efektif?
Media ini bermanfaat
khususnya tujuan kita adalah mengubah sikap atau ingin secara langsung terlibat
dengan pemantauan pembelajaraan siswa[16].
Misalnya, media manusia dapat mengarahkan dan mempengaruhi prose belajar
melalui eksplorasi terbimbing dengan menganalisis dari waktu ke waktu apa yang
terjadi pada lingkugan belajar. Guru atau instruktur dapat merangkai pesannya
untuk satu kelompok khusus, dan setelah itu dirangkai menurut kebutuhan belajar
kelompok siswa atau irama emosinya. Sebagaia kelompok dapat dimotivasi dan
tertarik belajar sedangkan sebagian lainnya mungkin menolak dan melawan
terhadap pelajaraan. Sering kali dalam
suasana pembelajaraan, siswa pernah mengalami pengalaman belajar yang jelek dan
memandang belajar sebagai sesuatu yang negatif. Instruktur manusia. Sebagai
media secara instutif dapat merasakan kebutuhan siswanya dan memberinya
pengalamaan belajar yang akan membantu mencapai tujuan pembelajaraan.
Media berbasis manusia
mengajukan dua teknik yang efektif, yaitu rancagan yang berpusat pada masalah
dan bertanyan ala socrates[17].
Rancangan pembelajaraan yang berpusat
pada masalah dibangun berdasarkan masalah yang harus dipecahkan oleh pelajar.
Langkah-langkah rancangan jenis pembelajaraan ini adalah sebagai berikut[18]:
1.
Merumuskan masalah yang yang relevan
2.
Mengindetifikasi pengetahuan dan
keterampilan yang terkait untuk memecahkan
3.
Masalah.Gunakan buku teks dan ceramah
sebagai sumber untuk menyajikan pengetahuan;
4.
Ajarkan mengapa pengetahuaan itu penting
dan bagaimna pengetahuaan itu dapat diterapkan untuk pemecahaan masalah;
5.
Tuntun eksplorasi siswa. Sebagai seorang
instruktur untuk pelajaran pemecahan masalah, perannya adalah:
a. Membiarakan
eksploransi siswa tak terintagi, partisipasi aktif, dan bertanya;
b. Membatu
siswa dalam menghubungkan pengetahuan baru dan pengatahuan terdahulu;
c. Membantu
siswa membentuk dan menginternalisasi representasi masalah atau tugas;
d. Membantu
siswa ,mengidentifikasi persamaan antara masalah baru dan pengalaman yang lalu
berisikan masalah yang serupa. Jaga pada awalnya analogi ini sederhana;
e. Berikan
umpan balik mengenai benar atau salahnya jalan pikiran dan jalur pemecahaan
masalah;
f. Gunakan
reprentasi grafik masalah itu yang dihubungkan dengan uraian verbal;
g. Kembangkan
masalah dalam konteks yang beragam dengan tahapan tingkat kerumitan;
6.
Nilai pengetahuan siswa dengan
memberikan masalah baru untuk dipecahkan. Meskipun pada hakikatnya pelajaraan
yang berpusat pada masalah sejalan dengan teknik
Pertanyaan ala socrates
(karena pelajaran berpusat pada masalah dimulai dengan mengajukan pertayaan),
teknik pertanyaan lain dapat digunakan untuk menggungah pikiran siswa dan
mendorongnya untuk berfikir. Pertayaan dapat diajukan bukan hanya dari guru
tetapi dari siswa. Yang terpenting adalah memberikan kesempatan kepada siswa
agar pikirannya dapat berkembang melalui penyelidikan kognitif.
Penekanan teknik
bertanya ala socrates adalah penjelasan konsep-konsep dan gagasan-gagasan
melalui penggunaan pertanyaan-pertanyaan pancingan. Sebagai suatu teknik
pembelajaran itu harus dipikirkan dan ditatar dengan baik. Instruktur yang
menggunakan teknik ini harus belajar
bagaimana mendegar dengan hati-hati apa yang ditanyakan dan dibahas, dan
menuntut diskusi dengan cara bermakna yang menampilkan alasan dan bukti. Ia
juga harus membantu siswa untuk menemukan implikasi, konsekuensi, dan jalur
pemecahan. Langkah-langkah teknik pembelajaran socrates adalah sebagai berikut [19]:
a.
Mengindetifikasi pertanyaa heuristik
yang meminta siswa berbagai, menganalisis, mengevaluasi, dan mensintesis
pekerjaan/tugas mereka, misalnya:
ü Bagaimana
cara mengubah sikap negatif personalia dijurusan kita?
ü Bagaimana
tim pekerjaan mandiri manfaatkan untuk meningkatkan hasil belajar?
ü Mengapa
jarang sekali siswa bercita-cita untuk berprofesi di bidang pendidikan’/keguruan?
b.
Pelajaraan mungkin bisa dimulai dengan
diskusi dalam kelompok besar sebagai pembahasaan eksplorasi. Siswa kemudian
dapat dikelompokkan kedalam kelompok-kelompok kecil untuk mendalami isu dan
gagasan-gagasan yang muncul pada pembahasan kelompok besar
c.
Menentukan apakah siswa harus
belajar/bekerja bersama-sama dalam kelompok, peroragan, seorang demi seorang, atau secara bebas.
Salah satu faktor
penting dalam pembelajaran dengan media berbasis manusia ialah rancangan
pelajaran yang interaktif. Dengan adanya manusia sebagai pemeran utama dalam
proses belajar maka kesempatan interaksi semakin terbuka lebar. Pelajaran
interaktif yang terstruktur dengan baik bukan hanya lebih menarik tetapi juga
memberikan kesempatan untuk percobaan mental dan pemecahaan masalah yang
kreatif. Disamping itu, pelajaran interaktif mendorong partisipasi siswa dan
jika digunakan dengan baik dapat mempertinggi hasil belajar dan pengalihan
pengetahuan. Sebagai penuntun untuk mengembangkan pelajaran interaktif
dikemukakan langkah-langkah berikut[20] :
a.
Mengidentifikasi pokok bahasan
pelajaran;
b.
Mengembangkan sajian pembelajaran yang
mencakup semua informasi yang diharapakan siswa
harus kuasai;
c.
Membaca/mengamati keseluruhan penyajian
dan menentukan di mana dialog-dialog interaktif dapat digabung dan disisipkan;
d.
Menetapkan jenis informasi yang
diinginkan dari siswa; kembangkan pertanyaan atau strategi lain yang memerlukan
keikitsertaan siswa menganalisis, mensitensis, mengevaluasi, atau membuat
keputusan;
e.
Menentukan pesan-pesan apa yang
diinginkan disampai-kan dengan kegiataan interaktif;
f.
Menetapkan butir-butir diskusi penting;
butir-butir penting ini dapat disajikan setelah melibatkan siswa dalam diskusi
atau kegiataan strategis lainnya;
1)
Kelebihan
-
Ekonomis, karena tidak mengeluarkan banyak biaya.
-
Bisa dilakukan dimanapun, kapanpun jika ada
kesempatan.
-
Tidak membutuhkan alat-alat tertentu dalam
penyampaiannya.(cukup alat bicara/loudspeaker untuk membantu)
-
Dapat memberikan motivasi kepada siswa.
-
Dapat terjadi interaksi dan komunikasi yang timbal
balik. Tanya jawab, tanggapan maupun sanggahan. Siswa aktif setelah diberi
informasi.
2)
Kekurangan
-
Informasi dan pengetahuan hanya terbatas pada
kemampuan menyampai pesan(guru).
-
Terkadang membuat siswa jenuh dan bosan, dan tidak efektif
untuk jumlah audiens yang banyak
-
Pembelajaran
tidak dapat ditangkap oleh siswa dengan baik jika terdapat masalah pada alat
penyampainya. Misalnya suara tidak jelas atau bahasa tidak dimengerti oleh
siswa.
B.
MEDIA
BERBASIS CETAKAN
Materi pembelajaran
berbasis cetakan yang paling umum dikenal dalah buku teks buku penuntun,
jurnal, majalah, dan lembaran lepas. Teks berbasis cetakan menuntut enam elemen
yang perlu diperhatikan pada saat merancang, yaitu konsitensi, format,
organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong[21].
Konsistensi
a.
Gunakan konsistensi format dari halaman
ke halaman. Usahakna agar tidak menggabungkan cetakan huruf dan ukuran huruf;
b.
Usahakn untuk konsisten dalam jarak
spasi. Jarak antara judul dan baris pertama serta garis samping supaya sama,
dan antara judul dan teks utama. Spasi yang tidak sama sering dianggap buruk,
tidak rapih dan oleh karna itu tidak memerlukan perhatian sungguh-sunggguh;
Format
a. Jika
paragraf panjang sering digunakan, wajah satu kolomlebih sesuai; sebaliknya,
jika paragraf tulisan pendek-pendek, wajah dua kolom akan lebih sesuai.
b.
Isi yang berbeda supaya dipisahkan dan
dilabel secara visual;
c. Taktik dan strategi pembelajaran yang berbeda
sebaiknya dipisahkan dan dilabel secara visual.
Organisasi
a. Upayakan
untuk selalu menginformasikan siswa/pembaca mengenai di mana meraka atau sejauh
mana mereka dalam teks itu. Siswa harus mampu melihat sepintas bagian atau bab
berapa mereka baca. Jika memungkinkan, siapkan piranti yang memberikan
orientasi kepada siswa tentang posisinya dalam teks secara keseluruhan.
b. Susunlah
teks sedemikian rupa sehingga informasi mudah diperoleh.
c. Kotak-kotak
dapat digunakan unuk memisahkan bagian-bagian dari teks.
Daya
Tarik
Perkenalkan setiap bab
atau bagain baru dengan cara yang berbeda. Ini diharapakan dapat memotivaisi
siswa untuk membaca terus.
Ukuran
Huruf
a. Pilihlah
ukuran huruf yang sesuai dengn siswa, pesan, dan lingkugannya. Ukuran huruf
biasanya dalam poin per inci. Misalnya, ukuran 24 poin per inci. Ukuran huruf
yang baik untuk teks (buku teks atau
buku penuntun) adalah 12 poin.
b. Hindari
pengguna huruf kapital untuk seluruh teks karna dapat membuat prose membaca itu
sulit.
Ruang
(spasi) kosong
a.
Gunakan spasi kosong lowong tak berisi
teks atau untuk menambah kontraks. Hal ini penting untuk memberikan kesempatan
siswa/pembaca untuk beristirahat pada titik-titik tertentu pada saat matanya
bergerak menyusuri teks. Ruang kosong dapat berbentuk :
1. Ruang
sekitar judul;
2. Batas
tepi (marjin) batas tepi yang luas memaksa perhatian siswa / pembaca untuk
masuk ke tengah-tengah halaman ;
3. Spasi
antar-kolom ; semakin lebar kolomnya, semakin luas spasi diantaranya.
4. Permulaan
paragraf diidentasi
5. Penyesuaian
spasi antarbaris atau antarparagraf .
b.
Sesuaikan spasi antarbaris dan tambahkan
spasi antar paragraf untuk meningkatkan tampilan dan tingkat keterbacaan.
Perancang pembelajaran
harus berupaya untuk membuat materi dengan media berbasis teks ini menjadi
interaktif. Petunjuk berikut mungkin dapat membatu menyiapkan media berbasis
teks yang diinteraktif[22] :
a.
Sajikan informasi dalam jumlah yang
selayaknya dapat dicerna, diproses, dan dikuasai. Informasi dibagi di
dalam kelompok-kelompok terkecil yang
logis kira-kira antara 3 sampai 7 butir/kelompok.
b.
Pertimbagan hasil pengamatan dan
analisis kebutuhan siswa dan siapkan latihan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.
c.
Pertimbagan hasil analisis respons
siswa; bagaimna siswa menjawab pertanyaan atau mengerjakan latihan memberikan
kesempatan untuk latihan tambahan, menyiapkan contoh-contoh, atau menyarankan
bacaan tambahan.
d.
Siapakan kesempatan bagi siswa untuk
dapat belajar sesusai kemampuan dan kecepatan mereka; keberhasilan penyajian
materi dengan media berbasis teks sangat ditentukan oleh kesempataan siswa
belajar berdasarkan kemampuannya.
e.
Gunakan beragam jenis latihan dan
evaluasi sepert main peran, studio
khusus, berlomba, atau simulasi.
C.
MEDIA
BERBASIS VISUAL
Media
berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peran yang sangat penting
dalam proses belajar. Bentuk visual bisa berupa:
(a) gambar
reprentasi seperti gambar, lukisan atau foto yang menunjukan bagaimana tampaknya
sesuatu benda
(b) diagram
yang melukiskan hubugan-hubugan konsep, organisasi, dan struktur isi
materia
(c)
peta yang menunjukan hubugan-hubugan
ruang antara unsur-unsur dalam isi materia
(d)
grafik seperti tabel, grafik, dan
chart (bagan) yang menyajikan gambaran/kecenderungan data atau
antarhubugan seperangkat gambar atau
angka-angka.
Ada
berapa prinsip umum yang perlu diketahui untuk penggunaan efektif media berbasis
visual sebagai berikut[23] :
a. Usahakan
visual itu sesederhana mungkin dengan menggunakan gambar garis, karton, bagan,
dan diagram.
b. Visual
digunakan untuk menekankan informasi sasaran
(yang terdapat teks ) sehingga pelajaran dapat terlaksana denga baik.
c. Gunakan
grafik untuk menggambarkan ikhtisar keseluruh materi sebelum menyajikan unit
demi unit pelajaran unruk digunakan oleh siswa mengorganisasikan informasi.
d. Ulangi
sajian visual dan libatkan siswa untuk meningkatkan daya ingat. Untuk visual
yang kompleks siswa perlu diminta untuk mengamatinya, kemudian mengungkapkan
mengenai visual tersebut setelah menganalisis dan memikirkan inforamasi yang
terkandung dalam visual itu.
e. Gunakan
gambar untuk melukiskan perbedaan konsep-konsep, misalnya dengan menampilkan
konsep-konsep yang divisualkan itu secara berdampingan.
f. Hindari
visual yang tak-berimbang, serta tekankan kejelasaan dan ketepatan dalam semua
visual.
g. Visual
yang diproyeksikan harus dapat terbaca dan dibaca.
h. Visual,
khususnya diagram, amat membantu untuk mempelajari materi yang agak kompleks.
i.
Visual yang dimaksudkan untuk mengkomunikasi
sikan gagasan khusus akan efektif apabila jumlah objek dalam visual yang akan
ditafsirkan denangan benar dijaga agar terbatas, jumlah aksi terpisah yang
penting yang pesan-pesannya harus ditafsirkan dengan benar sebaiknya terbatas,
dan semua objek dan aksi yang dimaksudkan dilukiskan secara realistik sehingga
tidak terjadi penafsiran ganda.
j.
Unsur-unsur pedan dalam visual itu harus
ditonjolkan dan dengan mudah dibedakan dari unsur-unsur latar belakang untuk
mempermudahkan pengolahan informasi.
k. Caption (keterangan
gambar) harus disiapkan terutama untuk menambah informasi yang sulit dilukiskan
secara visual, seperti lumpur, kemiskinan, dan lain-lain, memberi nama orang,
tempat, atau objek, menghubungkan kejadian atau aksi dalam lukisan dengan
visual sebelum atau sesudahnya, dan menyatakan apa yang orang dalam gambar itu
sedang kerjakan, pikirkan, atau katakan.
l.
Warna harurs digunakan secara ralistik.
m. Warna
dan pemberian bayangan digunakan untuk mengarahkan perhatian dan membedakan
komponen-komponen.
1)
Kelebihan media visual:
-
Repeatable, dapat dibaca berkali-kali denga menyimpannya atau
mengelipingnya.
-
Analisa lebih tajam,dapat membuat orang
benar-benr mengerti isi berita dengan analisa yng lebih mendalam dan dapt
membuat orang berfikir lebih spesifik tentang isi tulisan.
2) Kekurangan media visual:
-
Lambat, kurang praktis, dan
biaya produksi cukup mahal.
-
Tidak adanya audio, media visual hanya
berbentuk tulisan tentu tidak dapat didengar.sehingga kurang mendetail materi
yang disampaikan.
D.
MEDIA
BERBASIS AUDIO-VISUAL
Salah
satu pekerjaan penting yang diperlukan dalam media audio-visual adalah
penulisan naskah dan storyboard yang
memerlukan persiapan yang banyak, rancangan, dan penelitian[24].
Naskah
yang menjadi bahan narasi disaring dari isi pelajaran yang kemudian disintesis
ke dalam apa yang ingin ditunjukkan dan dikatakan. Hal ini diikuti dengan
jalinan logis keseluruhan program yang dapat membangun rasa berkelanjutan
sambung-menyambung dan kemudian menuntun kepada kesimpulan atau rangkuman.
Kontinuitas program dapat dikembangkan melalui penggunaan cerita atau
permaslahan yang memerlukan pemecahan. Berikut adalah beberapa petunjuk praktis
untuk menulis naskah narasi:
a. Tulis
singkat, padat, dan sederhana dalam kalimat aktif.
b. Tulis
seperti menulis judul berita, pendek dan tepat, berirama, dan mudah diingat.
c. Tulisan
tidak harus berupa kalimat yang lengkap.
d. Hindari
istilah teknis, kecuali jika istilah itu diberi batasan atau digambarkan.
e. Usahakan
setiap kalimat tidak lebih dari 15 kata.
f. Setelah
manulis narasi, baca narasi itu dengan suara keras
g. Edit
dan revisi naskah narasi itu sebagai perlunya.
Storyboard
dikembanggkan dengan memperhatikan beberapa petunjuk dibawah ini:
a.
Menetapkan jenis visual apa yang akan
digunakan untuk mendukung isi pelajaran, dan mulai membuat sketsanya.
b.
Pikirkan bagian yang akan diperankan
audio dalam paket program.
c.
Lihat dan yakinkan bahwa seluruh isi
pelajaran tercakup dalam storyboard.
d.
Reviu storyboard sambil mengecek
kelengkapan didalamnya.
e.
Kumpul dan paparkan semua storyboard sehingga
dapat dilihat sekaligus.
f. Revisi
untuk persiapan akhir sebelum memulai produksi.
1)
Kelebihan
-
Lebih efektif dalam menerima pembelajaran karena dapat
melayani gaya bahasa siswa auditif maupun visual
-
Dapat memberikan pengalaman nyata lebih dari yang disampaikan
media audio maupun visual.
-
Siswa akan lebih cepat mengerti karena mendengarkan
disertai melihat langsung, sehingga tidak hanya membayangkan.
-
Lebih menarik dan menyenangkan menggunakan media audio
visual.
2)
Kekurangan
-
Pembuatan media audio visual memerlukan waktu yang
lama, karena memadukan 2 elemen yakni audio dan visual.
-
Membutuhkan ketrampilan dan ketelitian dalam
pembuatannya
-
Biaya yang digunakan dalam pembuatan media audio
visual cukup mahal.
-
Jika tidak terdapat piranti pembuatannya akan sulit
untuk membuatnya(terbentur alat pembuatannya).
E.
MEDIA
BERBASIS KOMPUTER
Dewasa
ini komputer memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam bidang pendidikan dan
latihan. Komputer berperan sebagai manajer dalam proses pembelajaran yang di
kenal dengan nama Computer-Managed
Instruction (CMI). Ada pula peran komputer sebagai pembantu tambahan dalam
belajar; pemanfaatannya meliputi penyajian informasi, isi materi pelajaran,
latihan, atau kedua-duanya. Modus ini di kenal sebagai Computer-Assigted Intruction (CAI). CAI mendukung pembelajaran dan
pelatihan akan tetapi ia bukanlah penyampaian utama materi pembelajaran.
Komputer dapat menyajikan informasi dan tahapan pembelajaran lainnya di
sampaikan bukan dengan media komputer.
Penggunaan
komputer sebagai media pembelajaran secara umum mengikuti proses intruksional
sebagai berikut[25]
:
1.
Merencanakan, mengatur dan
mengorganisasikan, dan menjadwalkan pengajaran;
2.
Mengevaluasi siswa (tes);
3.
Mengumpulkan data mengenai siswa;
4.
Melakukan analisis statistik mengenai
data pembelajaran;
5.
Membuat catatan pembelajaran ( kelompok
dan perseorangan).
Format
penyajian pesan dan informasi dalam CAI terdiri atas tutorial terprogram, tutorial intelijen, drill and practice, dan simulasi. Tutorial terprogram adalah
seperangkat tayangan baik statis maupun dinamis yang telah lebih dahulu di
programkan. Secara berurut, seperangkat kecil informasi di tayangkan yang di
ikuti dengan pertanyaan. Jawaban siswa di analisis oleh komputer (dibandingkan
degan kemungkinan-kemungkinan jawaban yang telah di program oleh guru/
perancang), dan berdasarkan hasil analisis itu umpan balik yang sesuai.
Urutan
linier dan urutan bercabang di maksudkan untuk penyajian materi pelajaran
tambahan berdasarkan hasil analisis perkembangan siswa setelah menyelesaikan beberapa
latihan dan tugas. Semangkin banyak alternatif cabang yang tersedia, semangkin
luwes program tersebut menyesuaikan dengan perbedaan individual siswa. Media
tambahan lain biasanya di gabung untuk format tutorial terprogram, seperti
tugas-tugas bacaan berbaris cetak, kegiatan kelompok, percobaan laboratorium,
kegiatan latihan, simulasi dan interaktif dengan vidiodisk. Manfaat tutorial
terprogrm akan tampak jika menggunakan kemampuan teknologi komputer untuk
bercabang dan interaktif.
Tutorial intelijen berbeda dari
tutorial terprogram karena jawaban komputer terhadap pertanyaan siswa di
hasilkan oleh intelegensia artifisial, bukan jawaban-jawaban yang terprogram
yang terlebih dahulu di siapkan oleh perancang pelajaran. Dengan, demikian ada
dialog dari waktu ke waktu antar siswa dan komputer. Bank siswa maupun komputer
dapat bertanya atau memberi jawaban.
Drill and practice di gunakan
dengan asusmsi bahwa suatu konsep, aturan atau kaidah, atau prosedur telah di
ajarkan kepada siswa. Program ini menuntun siswa dengan serangkai contoh untuk
meningkatkan kemahiran dengan menggunakan keterampilan. Hal terpenting adalah
memberikan penguatan secara konstan dengan jawaban yang benar. Komputer dengan
sabar memebri latihan sampai suatu konsep benar-benar di kuasai sebelum pindah
kepada konsep yang lainnya. Ini merupakan salah kegiatan yang amat efektif
apabila pembelajaran itu memerlukan pengulangan untuk mengembangkan
keterampilan untuk mengingat dan menghafal fakta ataupun informasi. Meskipun
pernah mendapat kritikan tajam, format drill
and practice kini memperole kembali
tempat dalam pembelajarn. Tugas / perilaku kompleks seringkali memerlukan
keterampilan yang harus secara otomatis di lakukan, terutama keterampilan yang
di kerjakan dengan kecepatan dan ketetapan. Keterampilan seperti ini hanya
dapat di kuasai dengan mempelajarinya melalui latihan yang ekstensif. Latihan
ekstensif yang dapat memberikan hasil penguasa otomatis adalah melalui format
kegiatan drill and practice pada
komputer.
Simulasi pada komputer memberikan
kesempatan untuk belajar secara dinamis, iteraktif, dan perorangan. Dengan
simulasi, lingkungan pekerjaan dan komleks dapat di tata dalam dunia nyata.
Simulasi yang menyangkut hidup mati seperti pada bidang kedokteran atau
penerbangan dan pelayaran sangat bermanfaat jika tidak di katakan merupakan
cara terbaik untuk memperoleh pengalaman “nyata”. Keberhasilan simulasi di
pengaruhi oleh tiga faktor, yaitu sekenario, modal dasar, dan lapisan
pengajaran. Sekenario harus mencerminkan kehidupan nyata. Ia menentukan apa
yang terjadi dan bagaimana hal itu terjadi, siapa karakternya, objek apa yang
ikut terlibat, apa peran siswa, dan bagaimana siswa berhadapan dengan simulasi
itu.
Untuk mesimulasikan suatu situasi,
koputer harus menaggapi tindakan siswa seperti hanya terjadi dalam situasi
kehidupan sesungguhnya. Model dasar merupakan faktor kedua yang turut
mempengaruhi keberhasilan simulasi. Model adalah formula matematis atau aturan
“ jika maka “ yang mencerminkan sebab dan akibat dalam pengalaman kehidupan
nyata. Lapisan pebelajaran taktik dan strategi pembelajaran yang di gunakan
untuk mengoptimalkan pembelajaran dan motifasi.
Disamping
prinsip-prinsip media berbasis cetak, prinsip perancangan layar perlu mendapat
perhatian untuk pengembangan media berabasis komputer. Berikut adalah beberapa
petunjuk perwajahan teks media berbasis computer[26] :
a.
Layar / monitor komputer bukanlah
halaman, tetapi penayangan yang dinamis yang bergerak berubah dengan
perlahan-lahan.
b.
Layar tidak boleh terlalu padat-bagi
kedalam beberapa tayangan, atau mulailah dengan sederhana dan pelan-pelan, dan
tambahkan hingga mencapai tahapan kompleksitas yang di inginkan.
c.
Pilihan jenis huruf normal, tak
berhias-gunakan huruf kapital dan huruf kecil, tidak menggunakan huruf kapital
semua.
d.
Gunakan antara tujuh sampai sepuluh kata
perbaris karena lebih mudah membaca kalimat pendek dari pada kalimat panjang.
e.
-
Tidak memenggal kata pada akhir
garis;
-
Tidak memulai paragraf pada garis
terakhir dalam satu layar tayangan;
-
Tidak mengakhiri paragraf pada baris
pertama layar tayangan;
-
Meluruskan baris kalimat pada sebelah
kiri; namun, di sebelah kanan lebih baik tidak lurus karena lebih mudah
membacanya.
f. Jarak
dua spasi di sarankan untuk tingkat keterbacaan yang lebih baik.
g. Pilih
karakter huruf tertentu untuk judul dan kata kunci, misalnya:
-
Cetak tebal, Garis bawah
-
Cetak miring (gaya cetak ini tidak di
gunakan secara berlebihan untuk menjaga perhatian siswa terhadap pentingnya
karakter dengan gaya cetak tertentu itu)
h. Teks
di beri kotak apabila teks itu berada bersama-sama dengan grafik atau
respresentasi visual lainya pada layar tayangan yang sama.
i.
Konsisten dengan gaya dan format yang di
pilih.
Konsep interaktif dalam
pembelajaran paling erat kaitanya dengan media berbasis komputer. Interaksi dalam
lingkungan pembelajaran berbasis komputer pada umumnya mengikuti tiga unsur
yaitu (1) urutan-urutan intruksional yang dapat di selesaikan, (2)
jawaban/respons atau pekerjaan siswa dan (3) upan balik yang dapat disesuaikan.
Untuk melibatkan keterampilan berpikir tingkat yang lebih tinggi, tugas-tugas
yang di sajikan melalui media ini harus mampu memperkenalkan dan
memperhitungkan jawaban benar yang lebih dari satu, kreatifitas dan perbedaan
pemecahan yang di sebabkan oleh pengetahuan awal siswa yang tidak homogen.
Untuk meningkatkan kemampuan interaksi media berbasis komputer, saran-saran
berikut perlu di pertimbangkan dalam pengembangan media tersebut.
a.
Pertimbangkan untuk menggunakan
rancangan yang berpusatpada masalh,study kasus,atau simulasi di mana siswa
secara mental terlibat dengan penyajian itu. Program seperti ini di mulai
dengan menggugah dan melibatkan pikiran siswa secara aktif.
b.
Buatlah penyajian intruksional singkat
kemudian minta supaya siswa mengolah atau memikirkan informasi yang di sajikannya
itu.
c.
Berikan kesempatan untuk berinteraksi
sekurang-kurangnya setiap 3 atau 4 layar tayangan atau, setiap satu atau dua
menit.
d.
Pertimbangkan desain dimana siswa tidak
di beri informasi dalam bentuk linier, tetapi mencoba menemukan informasi
melalui eksplorasi aktif dalam lingkungan elektronis.
e.
Pertimbangkan untuk memperbolehkan siswa
berhubungan dengan pemakai komputer lain melalui model atau papan informasi
elektronok. Siswa bisa di mintak untuk berbagai tulisan kreatif, pemecahan
masalah, atau pengambilan keputusan dengan siswa lain di lokasi yang jauh.
f.
Jangan maskan interaksi misalnya,
hindari pertanyaan yang semata-mata hanya ingin memperoleh jawaban siswa.
F.
PEMANFAATAN
PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR
Dalam
dua dekade terakhir ini perpustakaan telah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari sekolah. Hampir di setiap sekolah mulai dari sekolah dasar
sampai ke perguruan tinggi terdapat perpustakaan sekolah. Bahkan unit-unit
perpustakaan keliling (mobile library) dari
dapartemen pendidikan dan kebudayaan tersedia dikota-kota besar guna melayani
kebutuhan para pelajar.
Perpustakan
merupakan pusat sarana akademis. Perpustakaan menyediakan bahan-bahan pustaka
berupa barang cetakan seperti buku, majalah/jurnal ilmia, peta, surat kabar,
karya-karya tulis berupa monograf yang belum di terbitkan, serta bahan-bahan
non cetakan seperti micro-fisth, micro-film, foto-foto, film, kaset audio / vidio lagu-lagu
dalam piringan hitam, rekaman pidato (dokumenter), dan lain-lain. Oleh karena
itu, perpustakaan dapat di manfaatkan oleh pelajar,mahasiswa dan masyarakat
pada umumnya untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang keilmuan baik
untuk tujuan akademis maupun untuk rekreasi[27] .
Bahan-bahan yang tersedia itu dapat di kelompokkan kedalam jenis (1) referensi,
(2) reserve, (3) pinjaman.
Bahan-bahan
referensi yang biasanya di tata dalam satu ruang khusus merupakan sumber-sumber
untuk fakta-fakta tertentu yang sudah baku, misalnya ensiklopedia, kamus,
statistik, buku tahunan, biografi buku pegengan, atlas, indeks (tesis,
disertasi, artikel ilmiah), abstrak dan lain-lain yang sejenis. Bahan-bahan
sumber di perlukan oleh banyak orang sehingga tidak di pinjamkan untuk di bawa
keluar perpustakaan. Dengan demikian seseorang yang perlu memerlukan informasi
dari bahan dan buku-buku referensi ini hanya di perbolehkan membacanya dalam
ruang yang telah di sediakan.
Bahan-bahan
reserve biasanya terdiri dari buku-buku, artikel, atau handouts untuk mata pelajaran tertentu atas permintaan tenaga
pengajaranya. Ini di maksudkan agar semua pelajaran-mahasiswa yang mengikuti mata pelajaran itu dapat
memperoleh akses terhadap bahan-bahan yang merupakan bagian dari penyelesaian
tugas-tugas yang di bebankan oleh pengajar.
Untuk
memperoleh bahan-bahan yang di perlukan pelajar-mahasiswa perlu mengetahui
sistematika penataan dan penyimpanan buku-buku pada perpustakaan. Klasifikasi
buku yang umum di gunakan pada perpustakaan adalah Klasifikasi Desimal dewey dan klasifikasi library of congress. Klasifikasi
desimal dewey mengidentifikasi bidang-bidang ilmu dengan kode angka tiga digit,
sedangkan Klasifikasi Library of congress
menggunakan abjad, misalnya bidang bidang bahasa: 400 (Desimal Dewey), p (library of congress). Oleh karena itu,
pelajaran-mahasiswa yang ingin menemukan bahan atau buku ini di perpustakaan
harus mengetahui nomor klasifikasi buku tersebut. Nomor klasifikasi itu terekam
pada kartu katalog; biasanya satu buku memiliki tiga kartu katalog, yaitu kartu
subjek, kartu judul, dan kartu pengarang.
Pemanfaatan
perpustakaan sebagi sumber belajar secara efektif memerlukan keterampilan
sebagia berikut[28]
:
1.
Keterampilan mengumpulkan informasi yang
meliputi keterampilan mengenal sumber informasi dan pengetahuan, menentukan
lokasi sumber informasi berdasarkan sistem klasifikasi perpustakaan, cara
menggunakan katalog dan indeks, dan menggunakan bahan referensi seperti
eniklopedia, kamus, buku tahunan, dan lain-lain.
2.
Keterampilan mengambil intisari dan
mengorganisasikan informasi, seperti memilih informasi yang relavan dengan kebutuhan
dan masalh, dan mendokumentasikan informasi dan sumbernya.
3.
Keterampilan menganalisis,
menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi seperti: memahami bahan yang di
baca, membedakan antara fakta dan opini, dan menginterpretasi informasi baik
yang saling mendukung maupun yang berlawnan.
4.
Keterampilan menggunakan informasi,
seperti: memanfaatkan intisari informasi untuk mengambil keputusan dan
memecahkan masalah, menggunakan informasi dalam diskusi, dan menyajikan
inforasi dalam bentuk lisan.
BAB IV
EVALUASI MEDIA PEMBELAJARAN
Evaluasi
media pembelajaran sangat penting untuk dilakukan. Hal tersebut dilakukan agar
indicator pencapaian hasil dari pembelajaran yang dilaksankan benar-benar dapat
dicapai dengan sempurna. Dalam proses pembelajaran yang menggunakan media baik
sebagai alat maupun sebagai sumber ada beberapa hal yang perlu untuk diketahui[29],
yaitu :
1.
Apakah tujuan atau indicator penggunaan
media sudah tercapai dengan baik dan sempurna?
2.
Apakah ketika memilih media yang akan
digunakan sudah memenuhi kriteria pemilihan yang sudah ditetapkan?
3.
Apakah mekanisme/prosedur menggunakan
media pembelajaran sudah memadai?
4.
Apakah langkah-langkah penggunaan media
pembelajaran oleh guru sudah tepat?
5.
Apakah dengan menggunakan media
pembelajaran itu guru berhasil membawa peserta didik dalam proses pembelajaran
yang menyenangkan?
Pertanyaan-pertanyaan
tersebut sangat terkait dengan evaluasi media pembelajaran. Oleh karena itu,
sangat perlu ditetapkan kriteria-kriteria media pembelajaran untuk melaksanakan
evaluasi ini.
Evaluasi ini perlu dilaksanakan karena
memiliki beberapa tujuan[30] :
1.
agar dapat memilih media pembelajaran
yang tepat yang akan digunakan dalam proses pembelajaran baik dikelas maupun
diluar kelas
2.
agar prosedur penggunaan media, baik
sebagai alat maupun sebagai sumber, dapat diketahui
3.
agar dapat diketahui tingkat pencapaian
tujuan atau indicator pencapaian hasil
4.
agar dapat memberikan penilaian kepada
guru yang memilih dan menggunakan media
5.
agar informasi dapat diberikan kepada
pihak yang terkait untuk kepentingan administrasi
6. agar
media pembelajaran menjadi lebih baik dan sempurna.
Pengevaluasian
yang dikemukakan berikut ini hanyalah sebagai contoh, selanjutnya diharapkan
para guru dapat memberikan atau melaksanakan evaluasi media pembelajaran secara
mandiri, baik sebagai alat maupun sebagai sumber. Dengan yang dikemukakan
diharapkan guru dan calon guru dapat memahami media secara konprehensip.
Disamping betul-betul disadari bahwa media merupakan suatu kemutlakan adanya
dalam dunia pembelajaran agar standar yang diinginkan akan lebih mudah dicapai.
A.
Evaluasi
Bahan Bacaan
NO
|
KRITERIA
|
YA
|
TIDAK
|
1
|
Apakah ide penulis buku sesuai dengan
filsafat pendidikan dan tujuan yang ingin dicapai?
|
|
|
2
|
Apakah materi buku yang digunakan
sudah mencukupi untuk materi pelajaran yang dimaksud?
|
|
|
3
|
Apakah isi buku sudah memiliki tingkat
kesahihan yang sesuai dengan realita?
|
|
|
4
|
Apakah inti bahasan dalam buku itu
benar-benar signifikan?
|
|
|
5
|
Apakah isi buku sudah tersusun secara
metodis dan paedagogis?
|
|
|
6
|
Apakah bahasa yang digunakan sudah
sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual peserta didik?
|
|
|
7
|
Apakah bahasa dan penjelasannya
menarik, sederhana, dan mudah dipahami?
|
|
|
8
|
Apakah formatnya menarik dan
merangsang peserta didik untuk membacanya?
|
|
|
9
|
Apakah penjelasan dalam buku tersebut
dilengkapi dengan alat bantu lainnya ( gambar, diagram, table dll)?
|
|
|
10
|
Apakah penulis mempunyai wewenang pada
latar belakang yang diperlukan?
|
|
|
B.
Evaluasi
Papan Tulis
NO
|
KRITERIA
|
YA
|
TIDAK
|
1
|
Apakah penggunaan papan membantu dalam
memberikan ilustrasi dan informasi yang guru berikan?
|
|
|
2
|
Apakah penjelasan dengan menggunakan
papan tulis dapat mendorong peserta didik untuk bekerja dan berdiskusi?
|
|
|
3
|
Apakah dengan menggunakan papan tulis
dapat membantu membangkitkan minat peserta didik dalam belajar?
|
|
|
4
|
Apakah penjelasan materi dengan
menggunakan papan tulis bermakna dan merupakan garis-garis besar materi?
|
|
|
5
|
Apakah penjelasan materi dipapan tulis
sudah tersusun secara sistematis?
|
|
|
6
|
Apakah penggunaan papan tulis dapat merangsang
dan mendorong motivasi peserta didik belajar dalam kelas?
|
|
|
7
|
Apakah guru langsung memperbaiki
kesalahan yang terjadi ketika menggunakan papan tulis?
|
|
|
8
|
Apakah guru sudah berdiri pada tempat
yang benar ketika menggunakan papan tulis dalam menjelaskan materi
|
|
|
9
|
Apakah papan tulis sudah disiapkan
sebelum proses pembelajaran dimulai?
|
|
|
10
|
Apakah penggunaan papan tulis dapat
memberikan kebebasan dalam menjelaskan materi kepada peserta didik?
|
|
|
C. Evaluasi Gambar
NO
|
KRITERIA
|
YA
|
TIDAK
|
1
|
Apakah
gambar sudah menunjukan situasi yang hakiki?
|
|
|
2
|
Apakah
komposisi gambar sederhana, jelas dan berkesan?
|
|
|
3
|
Apakah
dalam gambar terdapat bentuk tertentu sehingga peserta didik dapat melihat
objek yang baru?
|
|
|
4
|
Apakah
gambar yang sudah menunjukkan sesuatu yang hidup?
|
|
|
5
|
Apakah
gambar mengandung nilai fatografis yang baik?
|
|
|
6
|
Apakah
gambar bersifat artistic?
|
|
|
7
|
Apakah
gambar mengandung nilai mekanis?
|
|
|
8
|
Apakah
gambar membuat peserta didik lebih berminat untuk belajar?
|
|
|
9
|
Apakah
gambar memotivasi peserta didik dalam belajar?
|
|
|
10
|
Apakah
gambar dapat merangsang peserta didik melakukan diskusi?
|
|
|
11
|
Apakah
gambar dapat mempermudah untuk mencapai indicator pencapaian hasil belajar?
|
|
|
Demikian beberapa contoh cara
melakukan evaluasi media pembelajaran, baik sebagai sumber maupun sebagai alat.
Untuk selanjutnya diharapkan para guru dan calon guru dapat melakukan evaluasi
dan membuat daftar evaluasi dengan lebih baik[31].
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Globalisasi
disatu sisi, dan desentralisasi pada sisi yang lain telah membawa dampak adanya
berbagai perubahan pada semua bidang kehidupan, tak terkecuali perubahan yang
terjadi dibidang pembelajaran. Dimana bidang pembelajaran dianggap sebagai
suatu wahana untuk mempersiapkan sumber daya manusia (SDM), yang mampu
mengendalikan dan memanfaatkan perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh adanya
globalisasi dan desentralisasi tersebut.
Untuk
mengendalikan dan memanfaatkan perubahan-perubahan yang diakibatkan
globalasisai dan desentralisasi tersebut, maka dalam bidang pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas peserta didik, maka penggunaan media dalam proses
belajar-mengajar sangat diperlukan untuk menunjang pembelajaran menjadi lebih
aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan, sehingga tidak ada peserta didik
yang berkualiatas tetapi gurunya juga berkompeten dan berkualitas lebih baik
lagi dalam menciptakan suasana belajar yang lebih efisien dan eduktif. Oleh
karena itu, media pembelajaran erat kaitan dengan guru dan peserta didiknya.
B.
Saran
Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi diharapkan guru dalam menyajikan
pembelajaran dikelas menggunakan media pembelajaran yang tepat sehingga mudah
diterima dan diserap oleh peserta didik, sehingga penguasaan pelajaran yang
diharapkan dapat berjalan dengan mestinya dan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Untuk peserta didik, diharapkan media pembelajaran ini tidak
disalah artikan dan digunakan untuk hal-hal yang diluar pelajaran atau
pendidikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Heinich, Molenda dan Russell.1982.Intructional Media
and The New Technologies of Intruction.Newyork :John Wiley & Sons.
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava
Media.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Usman,
M. Uzer. 2000. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Miarso, Yusufhardi.
1995. Membina Efektifitas Pembelajaran. Jakarta: CV Rajawali.
Rianto, Andre. 1982.
Peranan Audio Visual dalam Pembelajaran. Yogyakarta: Kanisius.
Sudjana, Rivai. 1990.
Media Pengajaran. Bandung: CV Sinar Baru.
Latuheru, J. D. 1993.
Media Pembelajaran dalam Proses Belajar-Mengajar Kini. Ujung Pandang: IKIP.
Anwar,
Abu. 2007. Media Pembelajaran. Pekanbaru: Suska Press.
Arsyad, Azhar. Media
Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Abdul,
Gafur. 1990. Desain Instructional: Suatu Langkah Sistematis Penyusunan Pola
Dasar Kegiatan Belajar Mengajar. Solo: Tiga Serangkai.
Atwi,
Suparman. 1997. Model-Model Pembelajaran Interaktif. Jakarta: STIALAN Press.
Sadiman, Arif. 1990.
Media pendidikan, pengertian pengembangan dan pemanfaatannya. Jakarta:
Rajawali.
Makmun,
Abin Syamsudin. 1996. Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda Karya.
[1] Heinich, Molenda dan
Russell.1982.Intructional Media and The New Technologies of Intruction.Newyork
:John Wiley & Sons. Halm 25
[2]
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta:Gava Media. Halm 5-6
[3]
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka
Cipta. Halm 6
[4]
Usman, M. Uzer. 2000. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Halm 7
[5] Muchyidin,
Ase S. 1989. Media Pembelajaran dan Sumber Belajar. Bandung: Alumni. Halm
199-200
[6]
Miarso, Yusufhadi. 1984. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta:CV Rajawali.
Halm 185
[7]
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta:Gava Media. Op.cit. halm 12
[8]
Makmun, Abin Syamsudin. 1996. Psikologi Kependidikan. bandung: Rosda Karya.
Halm 17
[9]
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta:Gava Media. Op.cit. halm 15
[10]
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Halm 7-8
[11]
Sadiman, Arif.1990. Media pendidikan, pengertian pengembangan dan
pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali.Halm 9
[12]
Miarso, Yusufhadi. 1984. Teknologi Komunikasi Pendidikan. . Op.cit, halm 201
[13]
Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Halm 10
[14]
Anwar, Abu. 2007. Media Pembelajaran. Pekanbaru: Suska Press. Halm 27
[15]
Anwar, Abu. 2007. Media Pembelajaran. Pekanbaru: Suska Press. Op. cit. Halm 28-30
[16]
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. Op.cit. Halm 82.
[17]
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. Op.cit. Halm 83
[18]
Abdul, Gafur. 1990. Desain Instructional: Suatu Langkah Sistematis Penyusunan
Pola Dasar Kegiatan Belajar Mengajar. Solo: Tiga Serangkai. Halm 85.
[19]
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka
Cipta. Op. Cit. Halm 57
[20]
Atwi, Suparman. 1997. Model-Model Pembelajaran Interaktif. Jakarta: STIALAN
Press. Halm 150
[21]
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. Op.cit. Halm 87
[22]
Atwi, Suparman. 1997. Model-Model Pembelajaran Interaktif. Jakarta: STIALAN
Press. Halm 165
[23]
Miarso, Yusufhardi. 1995. Membina Efektifitas Pembelajaran. Jakarta: CV
Rajawali. Halm 169
[24]
Rianto, Andre. 1982. Peranan Audio Visual dalam Pembelajaran. Yogyakarta:
Kanisius. Halm 94
[25]
Miarso, Yusufhadi. 1984. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: CV.Rajawali.
Op.Cit. Halm 177
[26]
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. Op.cit. Halm 99-100
[27]
Sudjana, Rivai. 1990. Media Pengajaran. Bandung: CV SInar Baru. Halm 41
[28]
Anwar, Abu. 2007. Media Pembelajaran. Pekanbaru: Suska Press. Op. cit. Halm 90
[29]
Latuheru, J. D. 1993. Media Pembelajaran dalam Proses Belajar-Mengajar Kini.
Ujung Pandang: IKIP. Halm 97-98
[30]
Anwar, Abu. 2007. Media Pembelajaran. Pekanbaru: Suska Press. Op. cit. Halm 98
[31]
Anwar, Abu. 2007. Media Pembelajaran. Pekanbaru: Suska Press. Op. cit. Halm 99 - 101
Tidak ada komentar:
Posting Komentar