Senin, 25 Februari 2013

Media Pembelajaran

 
          Tugas Mandiri                                   Dosen Pembimbing
    Workshop Matematika                                              Defi, S.Pd.


MEDIA PEMBELAJARAN


Disusun Oleh:
Dessy Rasihen             11115202496


 
KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah serta nikmat-Nya yang telah diberikan kepada kita semua sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Terima kasih penyusun sampaikan kepada Ibu Defi, S.Pd, sebagai dosen pembimbing mata kuliah Workshop Matematika dan kepada teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini membahas tentang “Media Pembelajaran”, semoga makalah ini dapat berguna untuk kita semua, sebagai referensi untuk mendalami mata  kuliah pendidikan dasar matematika di universitas.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk mencapai kesempurnaan. Apabila ada kekurangan itu dating dari kami, dan apabila ada kelebihan itu datang dari ALLah SWT.



                                                                                      Penyusun, Februari  2013

                                                                                   
                                                                                   
DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang 1
B.  Rumusan Masalah 2
C.  Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A.  Definisi Media Pembelajaran 3
B.  Media sebagai Alat dan Sumber Belajar 5
C.  Perkembangan Konsepsi Media Pembelajaran 6
D.  Landasan Penggunaan Media Pembelajaran 9
 E.  Fungsi Media Pembelajaran 12
 F.  Tekhnik dan Kriteria Pemilihan Media 15
BAB III PENGGUNAAN MEDIA
A.  Media Berbasis Manusia 18
B.  Media Berbasis Cetakan 23
 C.  Media Berbasis Visual 25
 D.  Media Berbasis Audio-Visual 28
 E.  Media Berbasis Komputer 29
 F.  Pemanfaatan Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar 34
BAB IV EVALUASI MEDIA PEMBELAJARAN
 A.  Evaluasi Bacaan 38
 B.  Evaluasi Papan Tulis 39
 C.  Evaluasi Gambar 40
BAB V PENUTUP
A.    Kesimpulan 41
B.     Saran 41
DAFTAR PUSTAKA 42


Jurusan Pendidikan Matematika / IV D
Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau
Tahun Pelajaran 2012 / 2013







BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Dalam arti lain, pendidikan merupakan pendewasaan peserta didik agar dapat mengembangkan bakat, potensi dan keterampilan yang dimiliki  dalam menjalani kehidupan, oleh karena itu sudah seharusnya pendidikan didesain guna memberikan pemahaman serta meningkatkan prestasi belajar peserta didik (siswa).
Prestasi belajar siswa disekolah sering diindikasikan dengan permasalahan belajar dari siswa tersebut dalam memahami materi. Indikasi ini dimungkinkan karena factor belajar siswa yang kurang efektif, bahkan siswa sendiri tidak merasa termotivasi didalam mengikuti pembelajaran di kelas. Sehingga menyebabkan siswa kurang atau bahkan tidak memahami materi yang bersifat sukar yang diberikan oleh guru tersebut.
Agar siswa memahami materi dengan baik, dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran dikelas, guru harus menggunakan atau mencari strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswanya, sehingga penggunaan media disini dalam proses pemebalajaran sangat cocok dan penting untuk menunjang guru dalam meningkatkan kepehaman siswa dalam memahami materi pembelajaran dikelas. Dengan demikian, diharapkan media pembelajaran ini bias membantu guru dalam menciptakan pemebelajaran yang menyenangkan dan bermakna.


B.     RUMUSAN MASALAH
1)      Apakah Definisi Media Pembelajaran?
2)      Apakah kaitannya media sebagai alat dan media sebagai sumber belajar?
3)      Bagaimana perkembangan konsepsi media pembelajaran?
4)      Apakah landasan penggunaan media pembelajaran itu?
5)      Apa saja fungsi media pembelajaran?
6)      Apakah Tekhnik dan Kriteria pemilihan media pembelajaran?
7)      Jelaskan penggunaan media pembelajaran, baik yang berbasis manusia, cetakan, visual, audio-visual, computer, dan perpustakaan!
8)      Bagaimana mengevaluasi media pembelajaran?

C.    TUJUAN
1)      Mengetahui definisi media pembelajaran.
2)      Mengetahui kaitan media sebagai alat dan media sebagai sumber belajar.
3)      Mengetahu perkembangan konsepsi media pembelajaran.
4)      Mengetahu landasan-landasan yang digunakan dalam media pembelajaran.
5)      Mengetahui fungsi media pembelajaran itu sendiri.
6)      Mengetahu tekhnik dan criteria pemilihan media pembelajaran.
7)      Bisa menjelaskan dan mengetahui penggunaan media pembelajaran yang berbasis manusia, cetakan, visual, audio-visual, computer, maupun perpustakaan.
8)      Dan bisa mengevaluasi media pembelajaran dengan baik dan benar.





BAB II
PEMBAHASAN


A.    Definisi
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadi komunikasi dari pengirim menuju penerima[1]. Media merupakan salah satu komponen komunikasi yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan:
a.       Media pembelajaran merupakan wadah dari pesan
b.      Materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran
c.       Tujuan yang ingin dicapai adalah proses pembelajaran
Secara umum dapat dikatakan media mempunyai kegunaan, antara lain [2]:
1.      Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis
2.      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.
3.      Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.
4.      Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya.
5.      Member rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.
6.      Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Jadi media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Selain itu, kontribusi media pembelajaran adalah sebagai berikut[3] :
1.      Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih standar
2.      Pembelajaran dapat lebih menarik
3.      Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar
4.      Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek
5.      Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
6.      Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlakukan
7.      Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan
8.      Peran guru mengalami perubahan kearah yang positif.
Karakteristik dan kemampuan masing-masing media perlu diperhatikan oleh guru agar mereka dapat memilih media mana yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
Media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen system pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Posisi media pembelajaran sebagai komponen komunikasi ditunjukan pada gambar berikut :
MEDIAAA
 
PENAFSIRAN   KODE
 
MENGERTI
 
PENGKODEAN
 
IDE
 
SUMBER       Pengalaman                                 Pengalaman             Penerima
 


UMPAN BALIK
 
                                                                                                                           
Proses Media dalam system Pembelajaran
B.     MEDIA SEBAGAI ALAT DAN SUMBER BELAJAR
a.      Media sebagai alat
Media sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri adanya. Hal itu dikarenakan guru harus menggunakannya dalam proses pembelajaran untuk membantu tugasnya dalam menyampaikan materi kepeserta didik. Guru sekarang sudah sangat sadar bahwa penggunaan media dalam proses pembelajaran itu sangat dibutuhkan agar peserta didik agar lebih mudah menerima dan mencerna materi yang disampaiakan oleh guru tersebut, lebih-lebih lagi ketika materi pelajaran yang disampaikan oleh guru-guru itu runtut dan kompleks tentunya media sebagai alat inilah yang dapat membantunya dalam menyampaikan materi tersebut.
Materi pelajaran senantiasa memiliki tingkat kesukaran yang berbeda-beda. Mungkin saja ada suatu mata pelajaran yang tidak membutuhkan media sebagai alat bantu dalam penyampaiannya, tapi adapula matapelajaran yang memang harus menggunakan media sebagai alat bantu dalam menyampaikannya.
Guru yang sudah profosional dan bijak biasanya sadar bahwa kebosanan dan kelelahan peserta didik dalam belajar selalu berawal dari penjelasan materi yang tidak teratur atau terlalu simpang siur yang disampaikan oleh guru, focus masalahnya tidak jelas, hubungan penjelasan dengan materi tidak sesuai, ditambah lagi guru tidak atau belum menguasai materi yang disampaikan dan lain-lain. Hal seperti itu memerlukan jalan keluar dengan segera, salah satunya guru harus mengahadirkan media untuk membantunya dalam menyampaikan materi kepada peserta didik.
Media sebagai alat, memiliki fungsi melancarkan jalan menuju tercapainya tujuan dan standar kompetensi dari suatu matapelajaran[4]. Ini dilandasi dengan suatu keyakinan bahwa proses pembelajaran dengan bantuan media dapat mempertinggi kegiatan belajar peserta didik dalam tenggang waktu yang cukup lama.

b.      Media sebagai sumber belajar
Proses pembelajaran merupakan kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan gunanya untuk mempengaruhi peserta didik agar mereka dapat mencapai tujuan atau standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum itu. Kegiatan melaksanakan kurikulum berarti kegiatan menyampaikan materi pembelajaran  yang sarat dengan nilai untuk dikonsumsi setiap peserta didik. Perlu diingat bahwa nilai tidak dating dengan sendirinya. Nilai dapat diambil dari berbagai sumber. Sumber belajar sangat banyak dan bisa saja terdapat dimana-mana, misalnya: di sekolah, di perpustakaan, di halaman, di kota, di desa, di hutan, dipabrik dan dimasyarakat. Sumber belajar itu sendiri adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana materi pembelajaran diperoleh seseorang (peserta didik), segala sesuatu yang dijadikan rujukan dalam memperoleh sesuatu (pengetahuan, sikap dan keterampilan). Sumber belajar bisa berbentuk buku paket, majalah, surat kabar, dan lain-lain. Media sebagai sumber belajar juga dapat dikelompokkan menjadi lima yaitu manusia, perpustakaan/buku, media masa, lingkungan, dan media pendidikan (media sebagai alat)[5].

C.    Perkembangan Konsepsi Media Pembelajaran
Pada awal sejarah pembelajaran, media hanyalah merupakan alat bantu yang dipergunakan oleh seorang guru untuk menerangkan pelajaran. Alat bantu yang mula-mula digunakan adalah alat bantu visual, yaitu berupa sarana yang dapat memberikan visual kepada siswa, antara lain untuk mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang abstrak dan mempertinggi daya serap dan retensi belajar. Kemudian dengan berkembangnya teknologi, khususnya teknologi audio pada pertengahan abak ke-20 lahirlah alat bantu audio visual yang terutama menggunakan pengalaman yang kongkrit untuk menghindari verbalisme. Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu, Edgar Dale mengadakan klasifikasi menurut tingkat dari yang paling kongkrit ke yang paling abstrak.
Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama “kerucut pengalaman” dari Edgar Dale dan pada saat itu dianut secara luas dalam menentukan alat bantu yang paling sesuai untuk pengalaman belajar.
http://hafismuaddab.files.wordpress.com/2010/12/kerucut-pengalaman-edgar.pngPada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan media, sehingga fungsi media selain sebagai alat bantu juga berfungsi sebagai penyalur pesan. Kemudian dengan masuknya pengaruh teori tingkah laku dari B.F. Skinner, mulai tahun 1960 tujuan belajar bergeser kearah perubahan tingkah laku belajar siswa, karena menurut teori ini membelajarkan orang adalah merubah tingkah lakunya. Pembelajaran terprogram (pengajaran berprogram) adalah merupakan produk dari aliran Skinner ini



                                                                                    Gambar Kerucut Edgar Dale


Pada tahun 1965 pengaruh pendekatan system mulai memasuki khazanah pendidikan dan pembelajaran. Hal tersebut mendorong digunakannya media sebagai bahan integral dalam proses pembelajaran. Perencanaan dan pengembangan pembelajaran dilaksanakan secara sistematik berdasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa, serta diarahkan kepada perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dari sini kemudian berkembang suatu konsep pendekatan system, dan memanfaatkan media. Perkembangan media pembelajaran memang mengikuti perkembangan teknologi pendidikan. Apabila ditelaah lebih lanjut, berkembangnya paradigm dalam teknologi pendidikan mempengaruhi perkembangan media pembelajaran, antara lain sebagai berikut[6] :
1.      Dalam paradigm pertama, media pembelajaran samadengan alat peraga audio visual yang dipakai oleh instruktur untuk melaksanakan tugasnya.
2.      Dalam paradigma kedua, media dipandang sebagai sesuatu yang dikembangkan secara sistematik serta berpegang pada kaidah komunikasi
3.      Dalam paradigm ketiga, media dipandang sebagai bagian integral dalam system pembelajaran dank arena itu menghendaki adanya perubahan pada komponen-komponen lain dalam proses pembelajaran
4.      Media pembelajaran, dalam paradigm keempat, lebih dipandang sebagai salah satu sumber yang dengan sengaja dan bertujuan dikembangkan dan atau dimanfaatkan untuk keperluan belajar.
Kita sekarang berada dalam suatu era informasi, yang ditandainya dengan tersedianya informasi yang makin banyak dan bervariasi, tersebarnya informasi yang makin meluas dan seketika, serta tersajinya informasi dalam berbagai bentuk dalam waktu yang singkat. Media telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan, walaupun dalam derajat yang berbeda-beda. Bahkan seorang arsitek Amerika terkemuka, Buckminster Fuller, menyatakan bahwa media adalah orang tua ketiga (guru adalah orang tua kedua).
Dengan konsepsi yang makin mantap, fungsi media dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya sekedar alat bantu guru, melainkan sebagai pembawa informasi atau pesan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan demikian seorang guru dapat memusatkan tugasnya pada aspek-aspek lain seperti pada kegiatan bimbingan dan penyuluhan individual dalam kegiatan pembelajaran.


D.    Landasan Penggunaan Media Pembelajaran
Ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran, antara lain landasan filosofis, psikologis, teknologis, dan empiris[7].
a.      Landasan Filosofis
Ada suatu pandangan, bahwa dengan digunakannya berbabagai jenis media hasil teknologi baru didalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi. dengan kata lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi dehumanisasi. Benarkah pendapat tersebut?. Bukankah dengan adanya berbagai media pembelajaran justru siswa dapat mempunyai banyak pilihan untuk digunakan media yang lebih sesuai dengan karakteristik pribadinya?. Dengan kata lain, siswa dihargai harkat kemanusiaannya diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, penerapan teknologi tidak berarti dehumanisasi.
Sebenarnya perbedaan pendapat tersebut tidak perlu muncul, yang penting bagaimana pandangan guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Jika guru menganggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki kepribadian, harga diri, motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain, maka baik menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan pendekatan humanis.
b.      Landasan Psikologis
Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Disamping  itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media disamping memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media disamping memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar, memahami makna persepsi serta factor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan secara optimal agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Untuk maksud tersebut, perlu :
1.      Diadakan pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian siswa serta memberikan kejelasan objek yang diamatinya,
2.      Bahan pembelajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa.
Kajian Psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit ketimbang yang abstrak[8]. Berkaitan dengan hubungan konkrit-abstrak dan kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat antara lain :
1.      Jerome Bruner, mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambaran atau film kemudian kebelajar dengan symbol, yaitu menggunakan kata-kata. Menurut Bruner, hal ini juga berlaku tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk orang dewasa.
2.      Charles F. Haban, mengemukakan bahwa sebenarnya nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep, ia membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang dari nyata ke yang paling abstrak.
3.      Edgar Dale, membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudian menuju siswa sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan kesiswa sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan media, dan terakhir siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan symbol.


c.       Landasan Teknologis
Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek perancangan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, dan penilaian proses  dan sumber belajar. Jadi, teknologi pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi dimana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol[9]. Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalah dilakukan dalam bentuk kesatuan komponen-komponen system pembelajaran yang disusun dalam fungsi desain atau seleksi, dan dalam pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadi system pembelajaran yang lengkap.
d.      Landasan Empiris
Temuan-temuan penelitian menunjukan bahwa terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar siswa. Artinya, siswa akan mendapatkan keuntungan yang signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik tipe atau gaya belajarnya. Siswa yang memiliki tipe atau gaya belajar visual akan lebih memperoleh keuntungan apabila pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram, video atau film. Sementara siswa yang memiliki tipe belajar auditif, akan lebih suka belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara atau ceramah guru. Akan lebih tepat dan menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut jika menggunakan media audio-visual. Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut, maka pemilihan media pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru, tetapi harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik pebelajar, karakteristik materi pelajaran, dan karakteristik media itu sendiri[10].

E.     Fungsi Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Fungsi media dalam proses pembelajaran ditunjukan pada gambar berikut :
 




Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran.
Tiga kelebihan kemampuan media adalah sebagai berikut[11] :
1.      Kemampuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, objek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya.
2.      Kemampuan manipulative, artinya media dapat menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya.
3.      Kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau Radio.
Hambatan-hambatan komunikasi dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut[12]:
1.      Verbalisme, artinya siswa dapat menyebutkan kata tetapi tidak mengetahui artinya. Hal ini terjadi karena biasanya guru mengajar hanya dengan penjelasan lisan (ceramah), siswa cenderung hanya menirukan apa yang dikatakan guru.
2.      Salah tafsir, artinya dengan istilah atau kata yang sama diartikan berbeda oleh siswa. Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya menjelaskan secara lisan dengan tanpa menggunakan media pembelajaran yang lain, misalnya gambar, bagan, model, dan sebagainya.
3.      Perhatian tidak berpusat, hal ini dapat terjadi karena beberapa hal antara lain gangguan fisik, ada hal lain yang lebih menarik mempengaruhi perhatian siswa, cara mengajar guru membosankan, cara menyajikan bahan pelajaran tanpa variasi, kurang adanya pengawasan dan bimbingan guru.
4.      Tidak terjadinya pemahaman, artinya kurang memiliki kebermaknaan logis dan psikologis. Apa yang diamati atau dilihat, dialami secara terpisah. Tidak terjadi proses berfikir yang logis mulai dari kesadaran hingga timbulnya konsep.
Pengembangan media pembelajaran hendaknya diupayakan untuk memanfaatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh media tersebut dan berusaha menghindari hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam proses pembelajaran. Secara rinci, fungsi media dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut[13] :
1.      Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan perentaraan gambar, potret, slide, film, video, atau media yang lain, siswa dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang benda/peristiwa sejarah.
2.      Mengamati benda/peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena jaraknya jauh, berbahaya, atau terlarang. Misalnya video tentang kehidupan harimau dihutan, keadaan dan kesibukan di pusat reactor nuklir, dan sebagainya.
3.      Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda/hal-hal yang sukar diamati secara langsung karena ukurannya yang tidak memungkinkan, baik karena terlalu besar atau terlalu kecil. Misalnya dengan perantaraan paket siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang bendungan dan kompleks pembangkit listrik, dengan slide dan film siswa memperoleh gambaran tentang bakteri, amuba, dan sebagainya.
4.      Mendengar suara yang sukar ditangkap dengan telinga secara langsung. Misalnya rekaman suara denyut jantung dan sebagainya.
5.      Mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar diamati secara langsung karena sukar ditangkap. Dengan bantuan gambar, potret, slide, film atau video siswa dapat mengamati berbagai macam serangga, burung hantu, kelelawar, dan sebagainya.
6.      Mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau berbahaya untuk didekati. Dengan slide, film, atau video siswa dapat mengamati pelangi, gunung meletus, pertempuran, dan sebagainya.
7.      Mengamati dengan jelas benda-benda yang mudah rusak/sukar diawetkan.
8.      Dengan mudah membandingkan sesuatu.
9.      Dapat melihat secara cepat suatu proses yang berlangsung secara lambat
10.  Dapat melihat secara lambat gerakan-gerakan yang berlangsung secara cepat
11.  Mengamati gerakan-gerakan mesin/alat yang sukar diamati secara langsung
12.  Melihat-melihat bagian yang tersembunyi dari suatu alat.
13.  Melihat ringkasan dari suatu rangkaian pengamatan yang panjang/lama.
14.  Dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya dan mengamati suatu objek secara serempak.
15.  Dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat, dan temponya masing-masing.

F.     Tekhnik dan Kriteria Pemilihan Media
Pemilihan media pembelajaran yang sesuai dengan standar kompetensi dan indicator yang telah ditetapkan pada dasarnya merupakan suatu perluasan keterampilan berkomunikasi yang membutuhkan suatu proses yang rinci, sistimatis dan khusus. Memilih media pembelajaran yang terbaik untuk standar kompetensi dan indicator suatu pembelajaran bukan merupakan suatu pekerjaan yang sepele dan bukan pula suatu pekerjaan yang mudah. Karena pemilihan media tersebut didasarkan pada berbagai prinsip dan factor yang saling mempengaruhi.
Ada beberapa prinsip dalam memilih media pembelajaran yang harus diperhatikan oleh guru. Yang terpenting dalam pemeilihan media pembelajaran dimaksudkan adalah adanya norma atau patokan yang digunakan pada proses pemilihan media itu. Adapun tekhnik pemilihan media antara lain[14] :
1.      Pemilihan media pembelajaran harus dikaji tujuan dan standar kompetensinya disamping itu harus memperhatikan kesesuaian dengan keterbatasan yang ada, baik keterbatasan dalam aspek tenaga, fasilitas maupun dana yang dimiliki.
2.      Pemilihan dan penggunaan suatu media pembelajaran harus melibatkan tenaga yang mampu, terampil dan professional untuk memanfaatkannya disetiap lembaga pendidikan. Biaya yang dibutuhkan juga harus tersedia dan terjangkau oleh suatu lembaga pendidikan yang bersangkutan.
3.      Dalam menggunakan media pembelajaran harus ada kejelasan mengenai maksud dan tujuan pemilihan media pembelajaran.
4.      Familiaritas media, yaitu mengenai cirri-ciri dan sifat-sifat media pembelajaran yang akan dipilih, serta adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan untuk proses pengambilan keputusan dari berbagai alternative pemecahan yang dituntut oleh tujuan pemilihan media pembelajaran itu.
Untuk memilih media mana yang harus digunakan dalam proses pembelajaran harus memperhatikan pada enam kriteria berikut ini[15] :
1.      Ketepatan media pembelajaran yang akan digunakan dengan standar kompetensi dan indicator suatu mata pelajaran atau materi atau materi yang akan disajikan, artinya media pembelajaran dipilih berdasarkan standar kompetensi dan indicator yang sudah ditetapkan. Standar kompetensi berisikan unsure pemahaman, aplikasi, sintesis lebih dimungkinkan digunakannya media pembelajaran.
2.      Media pembelajaran yang dipilih harus dapat mendukung atau membantu terhadap isi materi pembelajaran. Artinya materi pembelajaran yang bersifat fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sangat memerlukan bantuan media dalam penyampainnya kepada peserta didik agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik.
3.      Media pembelajaran tersebut mudah diperoleh, artinya media yang diperlukan itu mudah didapatkan, paling tidak mudah dibuat atau dapat oleh guru dan dapat ditampilkan waktu mengajar. Misalnya media grafik, pada umumnya media ini dapat dibuat sendiri oleh guru dengan biaya yang relative murah, disamping sederhana dan juga sangat mudah menggunakannya.
4.      Keterampilan guru sangat mendukung dalam menggunakannya. Apapun media yang digunakan guru dalam proses pembelajaran syarat utamanya adalah guru dapat dan terampil menggunakannya. Perlu diingat oleh guru bahwa nilai dan manfaat yang diharapkan bukan terletak pada medianya, akan tetapi dampak penggunaan media tersebut oleh guru pada saat terjadinya proses interaksi dengan peserta didik dan lingkungan yang ada. Adanya computer, OHP, VCD, DVD, dan alat canggih lainnya tidak akan mempunyai makna sama sekali jika guru tidak dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi kualitas pembelajaran itu.
5.      Ketersedian waktu untuk menggunakannya. Setiap media pembelajaran yang digunakan membutuhkan waktu untuk mempersiapkan dan menggunakannya, oleh karena itu guru yang akan menggunakan media pembelajaran dalam berinteraksi dengan peserta didik harus menghitung dan memperkirakan waktu yang tersedia, atau cukup waktu tersebut atau tidak.
6.      Kesesuain dengan taraf berpikir peserta didik. Memilih media pembelajaran yang akan digunakan harus sesuai dengan taraf berpikir peserta didik, sehingga makna yang terkandung didalamnya dapat dipahami oleh peserta didik. Misalnya menyajikan grafik yang berisikan data dan angka atau proporsi dalam bentuk persen bagi peserta didik tingkat dasar (SD) tidak ada manfaatnya. Mungkin saja pada usia tersebut akan lebih bermakna bila disajikan melalui gambar atau poster.


BAB III
PENGGUNAAN  MEDIA


Berikut ini akan diuraikan prinsip-prinsip pengunaan dan pengembagaan media pembelajaraan.  Media pembelajaraan yang akan dibahas tersebut akan mengikuti taksonomi leshin, dan kawan-kawan (1992) yaitu media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main peran, kegiataan kelompok dan lain-lain), media berbasis cetakan  (buku, penuntun, buku kerja/latihan, dan lembaraan lepas), media berbasis visual (buku, charts,grfik, peta figur/gambar, transparansi, film bingkai, atau slide), media berbasis audio-visual (vidio, film, slide bersama tape, televisi), dan media berbasis komputer (pengajaraan dengan bantuaan komputer dan vidio interaktif).

A.    MEDIA BERBASIS MANUSIA
Media berbasis manusia merupakan media tertua yang digunakan untuk mengirimkan mengkomunikasikan pesan atau informasi. Salah satu contoh yang terkenal dalah gaya tutorial socrates. Sistem ini tentu dapat menggabungkannya dengan media visual lain. Pertanyaan yang timbul adalah, Bagaimana kita dapat mengunakaan komunikasi tatap muka atara-manusia agar pelaksanaan rencana pembelajaraan efektif?
Media ini bermanfaat khususnya tujuan kita adalah mengubah sikap atau ingin secara langsung terlibat dengan pemantauan pembelajaraan siswa[16]. Misalnya, media manusia dapat mengarahkan dan mempengaruhi prose belajar melalui eksplorasi terbimbing dengan menganalisis dari waktu ke waktu apa yang terjadi pada lingkugan belajar. Guru atau instruktur dapat merangkai pesannya untuk satu kelompok khusus, dan setelah itu dirangkai menurut kebutuhan belajar kelompok siswa atau irama emosinya. Sebagaia kelompok dapat dimotivasi dan tertarik belajar sedangkan sebagian lainnya mungkin menolak dan melawan terhadap   pelajaraan. Sering kali dalam suasana pembelajaraan, siswa pernah mengalami pengalaman belajar yang jelek dan memandang belajar sebagai sesuatu yang negatif. Instruktur manusia. Sebagai media secara instutif dapat merasakan kebutuhan siswanya dan memberinya pengalamaan belajar yang akan membantu mencapai tujuan pembelajaraan.
Media berbasis manusia mengajukan dua teknik yang efektif, yaitu rancagan yang berpusat pada masalah dan bertanyan ala socrates[17]. Rancangan  pembelajaraan yang berpusat pada masalah dibangun berdasarkan masalah yang harus dipecahkan oleh pelajar. Langkah-langkah rancangan jenis pembelajaraan ini adalah sebagai berikut[18]:
1.      Merumuskan masalah yang yang relevan
2.      Mengindetifikasi pengetahuan dan keterampilan yang terkait untuk memecahkan
3.      Masalah.Gunakan buku teks dan ceramah sebagai sumber untuk menyajikan pengetahuan;
4.      Ajarkan mengapa pengetahuaan itu penting dan bagaimna pengetahuaan itu dapat diterapkan untuk pemecahaan masalah;
5.      Tuntun eksplorasi siswa. Sebagai seorang instruktur untuk pelajaran pemecahan masalah, perannya adalah: 
a.       Membiarakan eksploransi siswa tak terintagi, partisipasi aktif, dan bertanya;
b.      Membatu siswa dalam menghubungkan pengetahuan baru dan pengatahuan terdahulu;
c.       Membantu siswa membentuk dan menginternalisasi representasi masalah atau tugas;
d.      Membantu siswa ,mengidentifikasi persamaan antara masalah baru dan pengalaman yang lalu berisikan masalah yang serupa. Jaga pada awalnya analogi ini sederhana;
e.       Berikan umpan balik mengenai benar atau salahnya jalan pikiran dan jalur pemecahaan masalah;
f.       Gunakan reprentasi grafik masalah itu yang dihubungkan dengan uraian verbal;
g.      Kembangkan masalah dalam konteks yang beragam dengan tahapan tingkat kerumitan;
6.      Nilai pengetahuan siswa dengan memberikan masalah baru untuk dipecahkan. Meskipun pada hakikatnya pelajaraan yang berpusat pada masalah sejalan dengan teknik
Pertanyaan ala socrates (karena pelajaran berpusat pada masalah dimulai dengan mengajukan pertayaan), teknik pertanyaan lain dapat digunakan untuk menggungah pikiran siswa dan mendorongnya untuk berfikir. Pertayaan dapat diajukan bukan hanya dari guru tetapi dari siswa. Yang terpenting adalah memberikan kesempatan kepada siswa agar pikirannya dapat berkembang melalui penyelidikan kognitif.
Penekanan teknik bertanya ala socrates adalah penjelasan konsep-konsep dan gagasan-gagasan melalui penggunaan pertanyaan-pertanyaan pancingan. Sebagai suatu teknik pembelajaran itu harus dipikirkan dan ditatar dengan baik. Instruktur yang menggunakan teknik  ini harus belajar bagaimana mendegar dengan hati-hati apa yang ditanyakan dan dibahas, dan menuntut diskusi dengan cara bermakna yang menampilkan alasan dan bukti. Ia juga harus membantu siswa untuk menemukan implikasi, konsekuensi, dan jalur pemecahan. Langkah-langkah teknik pembelajaran socrates adalah sebagai berikut [19]:
a.       Mengindetifikasi pertanyaa heuristik yang meminta siswa berbagai, menganalisis, mengevaluasi, dan mensintesis pekerjaan/tugas mereka, misalnya:
ü  Bagaimana cara mengubah sikap negatif personalia dijurusan kita?
ü  Bagaimana tim pekerjaan mandiri manfaatkan untuk meningkatkan hasil belajar?
ü  Mengapa jarang sekali siswa bercita-cita untuk berprofesi di bidang pendidikan’/keguruan?
b.      Pelajaraan mungkin bisa dimulai dengan diskusi dalam kelompok besar sebagai pembahasaan eksplorasi. Siswa kemudian dapat dikelompokkan kedalam kelompok-kelompok kecil untuk mendalami isu dan gagasan-gagasan yang muncul pada pembahasan kelompok besar
c.       Menentukan apakah siswa harus belajar/bekerja bersama-sama dalam kelompok, peroragan,  seorang demi seorang, atau secara bebas.

Salah satu faktor penting dalam pembelajaran dengan media berbasis manusia ialah rancangan pelajaran yang interaktif. Dengan adanya manusia sebagai pemeran utama dalam proses belajar maka kesempatan interaksi semakin terbuka lebar. Pelajaran interaktif yang terstruktur dengan baik bukan hanya lebih menarik tetapi juga memberikan kesempatan untuk percobaan mental dan pemecahaan masalah yang kreatif. Disamping itu, pelajaran interaktif mendorong partisipasi siswa dan jika digunakan dengan baik dapat mempertinggi hasil belajar dan pengalihan pengetahuan. Sebagai penuntun untuk mengembangkan pelajaran interaktif dikemukakan langkah-langkah berikut[20] :
a.       Mengidentifikasi pokok bahasan pelajaran;
b.      Mengembangkan sajian pembelajaran yang mencakup semua informasi yang diharapakan siswa  harus kuasai;
c.       Membaca/mengamati keseluruhan penyajian dan menentukan di mana dialog-dialog interaktif dapat digabung dan disisipkan;
d.      Menetapkan jenis informasi yang diinginkan dari siswa; kembangkan pertanyaan atau strategi lain yang memerlukan keikitsertaan siswa menganalisis, mensitensis, mengevaluasi, atau membuat keputusan;
e.       Menentukan pesan-pesan apa yang diinginkan disampai-kan dengan kegiataan interaktif;
f.       Menetapkan butir-butir diskusi penting; butir-butir penting ini dapat disajikan setelah melibatkan siswa dalam diskusi atau kegiataan strategis lainnya;

1)      Kelebihan
-        Ekonomis, karena tidak mengeluarkan banyak biaya.
-        Bisa dilakukan dimanapun, kapanpun jika ada kesempatan.
-        Tidak membutuhkan alat-alat tertentu dalam penyampaiannya.(cukup alat bicara/loudspeaker untuk membantu)
-        Dapat memberikan motivasi kepada siswa.
-        Dapat terjadi interaksi dan komunikasi yang timbal balik. Tanya jawab, tanggapan maupun sanggahan. Siswa aktif setelah diberi informasi.

2)      Kekurangan
-        Informasi dan pengetahuan hanya terbatas pada kemampuan menyampai pesan(guru).
-        Terkadang membuat siswa jenuh dan bosan, dan tidak efektif untuk jumlah audiens yang banyak
-         Pembelajaran tidak dapat ditangkap oleh siswa dengan baik jika terdapat masalah pada alat penyampainya. Misalnya suara tidak jelas atau bahasa tidak dimengerti oleh siswa.


B.     MEDIA BERBASIS CETAKAN
Materi pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal dalah buku teks buku penuntun, jurnal, majalah, dan lembaran lepas. Teks berbasis cetakan menuntut enam elemen yang perlu diperhatikan pada saat merancang, yaitu konsitensi, format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong[21].

Konsistensi
a.       Gunakan konsistensi format dari halaman ke halaman. Usahakna agar tidak menggabungkan cetakan huruf dan ukuran huruf;
b.      Usahakn untuk konsisten dalam jarak spasi. Jarak antara judul dan baris pertama serta garis samping supaya sama, dan antara judul dan teks utama. Spasi yang tidak sama sering dianggap buruk, tidak rapih dan oleh karna itu tidak memerlukan perhatian sungguh-sunggguh;

Format
a.       Jika paragraf panjang sering digunakan, wajah satu kolomlebih sesuai; sebaliknya, jika paragraf tulisan pendek-pendek, wajah dua kolom akan lebih sesuai.
b.      Isi yang berbeda supaya dipisahkan dan dilabel secara visual;
c.        Taktik dan strategi pembelajaran yang berbeda sebaiknya dipisahkan dan dilabel secara visual.

Organisasi
a.       Upayakan untuk selalu menginformasikan siswa/pembaca mengenai di mana meraka atau sejauh mana mereka dalam teks itu. Siswa harus mampu melihat sepintas bagian atau bab berapa mereka baca. Jika memungkinkan, siapkan piranti yang memberikan orientasi kepada siswa tentang posisinya dalam teks secara keseluruhan.
b.      Susunlah teks sedemikian rupa sehingga informasi mudah diperoleh.
c.       Kotak-kotak dapat digunakan unuk memisahkan bagian-bagian dari teks.

Daya Tarik
Perkenalkan setiap bab atau bagain baru dengan cara yang berbeda. Ini diharapakan dapat memotivaisi siswa untuk membaca terus.

Ukuran Huruf
a.       Pilihlah ukuran huruf yang sesuai dengn siswa, pesan, dan lingkugannya. Ukuran huruf biasanya dalam poin per inci. Misalnya, ukuran 24 poin per inci. Ukuran huruf yang baik untuk teks (buku teks  atau buku penuntun) adalah 12 poin.
b.      Hindari pengguna huruf kapital untuk seluruh teks karna dapat membuat prose membaca itu sulit.

Ruang (spasi) kosong
a.       Gunakan spasi kosong lowong tak berisi teks atau untuk menambah kontraks. Hal ini penting untuk memberikan kesempatan siswa/pembaca untuk beristirahat pada titik-titik tertentu pada saat matanya bergerak menyusuri teks. Ruang kosong dapat berbentuk :
1.      Ruang sekitar judul;
2.      Batas tepi (marjin) batas tepi yang luas memaksa perhatian siswa / pembaca untuk masuk ke tengah-tengah halaman ;
3.      Spasi antar-kolom ; semakin lebar kolomnya, semakin luas spasi diantaranya.
4.      Permulaan paragraf diidentasi
5.      Penyesuaian spasi antarbaris atau antarparagraf .
b.      Sesuaikan spasi antarbaris dan tambahkan spasi antar paragraf untuk meningkatkan tampilan dan tingkat keterbacaan.
Perancang pembelajaran harus berupaya untuk membuat materi dengan media berbasis teks ini menjadi interaktif. Petunjuk berikut mungkin dapat membatu menyiapkan media berbasis teks yang diinteraktif[22] :
a.       Sajikan informasi dalam jumlah yang selayaknya dapat dicerna, diproses, dan dikuasai. Informasi dibagi di dalam  kelompok-kelompok terkecil yang logis kira-kira antara 3 sampai 7 butir/kelompok.
b.      Pertimbagan hasil pengamatan dan analisis kebutuhan siswa dan siapkan latihan yang sesuai  dengan kebutuhan tersebut.
c.       Pertimbagan hasil analisis respons siswa; bagaimna siswa menjawab pertanyaan atau mengerjakan latihan memberikan kesempatan untuk latihan tambahan, menyiapkan contoh-contoh, atau menyarankan bacaan tambahan.
d.      Siapakan kesempatan bagi siswa untuk dapat belajar sesusai kemampuan dan kecepatan mereka; keberhasilan penyajian materi dengan media berbasis teks sangat ditentukan oleh kesempataan siswa belajar berdasarkan kemampuannya.
e.       Gunakan beragam jenis latihan dan evaluasi sepert  main peran, studio khusus, berlomba, atau simulasi.

C.    MEDIA BERBASIS VISUAL
Media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Bentuk visual bisa berupa:
 (a) gambar reprentasi seperti gambar, lukisan atau foto yang menunjukan bagaimana tampaknya sesuatu benda
 (b) diagram yang melukiskan hubugan-hubugan konsep, organisasi, dan struktur isi materia
(c) peta yang menunjukan hubugan-hubugan ruang antara unsur-unsur dalam isi materia
(d) grafik seperti tabel, grafik, dan chart (bagan) yang menyajikan gambaran/kecenderungan data atau antarhubugan  seperangkat gambar atau angka-angka.
Ada berapa prinsip umum yang perlu diketahui untuk penggunaan efektif media berbasis visual sebagai berikut[23] :
a.       Usahakan visual itu sesederhana mungkin dengan menggunakan gambar garis, karton, bagan, dan diagram.
b.      Visual digunakan untuk menekankan informasi sasaran  (yang terdapat teks ) sehingga pelajaran dapat terlaksana denga baik.
c.       Gunakan grafik untuk menggambarkan ikhtisar keseluruh materi sebelum menyajikan unit demi unit pelajaran unruk digunakan oleh siswa mengorganisasikan informasi.
d.      Ulangi sajian visual dan libatkan siswa untuk meningkatkan daya ingat. Untuk visual yang kompleks siswa perlu diminta untuk mengamatinya, kemudian mengungkapkan mengenai visual tersebut setelah menganalisis dan memikirkan inforamasi yang terkandung dalam visual itu.
e.       Gunakan gambar untuk melukiskan perbedaan konsep-konsep, misalnya dengan menampilkan konsep-konsep yang divisualkan itu secara berdampingan.
f.       Hindari visual yang tak-berimbang, serta tekankan kejelasaan dan ketepatan dalam semua visual.
g.      Visual yang diproyeksikan harus dapat terbaca dan dibaca.
h.      Visual, khususnya diagram, amat membantu untuk mempelajari materi yang agak kompleks.
i.        Visual yang dimaksudkan untuk mengkomunikasi sikan gagasan khusus akan efektif apabila jumlah objek dalam visual yang akan ditafsirkan denangan benar dijaga agar terbatas, jumlah aksi terpisah yang penting yang pesan-pesannya harus ditafsirkan dengan benar sebaiknya terbatas, dan semua objek dan aksi yang dimaksudkan dilukiskan secara realistik sehingga tidak terjadi penafsiran ganda.
j.        Unsur-unsur pedan dalam visual itu harus ditonjolkan dan dengan mudah dibedakan dari unsur-unsur latar belakang untuk mempermudahkan pengolahan informasi.
k.      Caption (keterangan gambar) harus disiapkan terutama untuk menambah informasi yang sulit dilukiskan secara visual, seperti lumpur, kemiskinan, dan lain-lain, memberi nama orang, tempat, atau objek, menghubungkan kejadian atau aksi dalam lukisan dengan visual sebelum atau sesudahnya, dan menyatakan apa yang orang dalam gambar itu sedang kerjakan, pikirkan, atau katakan.
l.        Warna harurs digunakan secara ralistik.
m.    Warna dan pemberian bayangan digunakan untuk mengarahkan perhatian dan membedakan komponen-komponen.

1)      Kelebihan media visual:
-        Repeatable, dapat dibaca berkali-kali denga menyimpannya atau mengelipingnya.
-         Analisa lebih tajam,dapat membuat orang benar-benr mengerti isi berita dengan analisa yng lebih mendalam dan dapt membuat orang berfikir lebih spesifik tentang isi tulisan.

2)       Kekurangan media visual:
-        Lambat, kurang praktis, dan biaya produksi cukup mahal.
-        Tidak adanya audio, media visual hanya berbentuk tulisan tentu tidak dapat didengar.sehingga kurang mendetail materi yang disampaikan.


D.    MEDIA BERBASIS AUDIO-VISUAL
Salah satu pekerjaan penting yang diperlukan dalam media audio-visual adalah penulisan naskah dan storyboard yang memerlukan persiapan yang banyak, rancangan, dan penelitian[24].
Naskah yang menjadi bahan narasi disaring dari isi pelajaran yang kemudian disintesis ke dalam apa yang ingin ditunjukkan dan dikatakan. Hal ini diikuti dengan jalinan logis keseluruhan program yang dapat membangun rasa berkelanjutan sambung-menyambung dan kemudian menuntun kepada kesimpulan atau rangkuman. Kontinuitas program dapat dikembangkan melalui penggunaan cerita atau permaslahan yang memerlukan pemecahan. Berikut adalah beberapa petunjuk praktis untuk menulis naskah narasi:
a.       Tulis singkat, padat, dan sederhana dalam kalimat aktif.
b.      Tulis seperti menulis judul berita, pendek dan tepat, berirama, dan mudah diingat.
c.       Tulisan tidak harus berupa kalimat yang lengkap.
d.      Hindari istilah teknis, kecuali jika istilah itu diberi batasan atau digambarkan.
e.       Usahakan setiap kalimat tidak lebih dari 15 kata.
f.       Setelah manulis narasi, baca narasi itu dengan suara keras
g.      Edit dan revisi naskah narasi itu sebagai perlunya.
Storyboard dikembanggkan dengan memperhatikan beberapa petunjuk dibawah ini:
a.       Menetapkan jenis visual apa yang akan digunakan untuk mendukung isi pelajaran, dan mulai membuat sketsanya.
b.      Pikirkan bagian yang akan diperankan audio dalam paket program.
c.       Lihat dan yakinkan bahwa seluruh isi pelajaran tercakup dalam storyboard.
d.      Reviu storyboard sambil mengecek kelengkapan didalamnya.
e.       Kumpul dan paparkan semua storyboard sehingga dapat dilihat sekaligus.
f.       Revisi untuk persiapan akhir sebelum memulai produksi.

1)      Kelebihan
-        Lebih efektif dalam menerima pembelajaran karena dapat melayani gaya bahasa siswa auditif maupun visual
-        Dapat memberikan pengalaman nyata lebih dari yang disampaikan media audio maupun visual.
-        Siswa akan lebih cepat mengerti karena mendengarkan disertai melihat langsung, sehingga tidak hanya membayangkan.
-        Lebih menarik dan menyenangkan menggunakan media audio visual.

2)      Kekurangan
-        Pembuatan media audio visual memerlukan waktu yang lama, karena memadukan 2 elemen yakni audio dan visual.
-        Membutuhkan ketrampilan dan ketelitian dalam pembuatannya
-        Biaya yang digunakan dalam pembuatan media audio visual cukup mahal.
-        Jika tidak terdapat piranti pembuatannya akan sulit untuk membuatnya(terbentur alat pembuatannya).

E.     MEDIA BERBASIS KOMPUTER
Dewasa ini komputer memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam bidang pendidikan dan latihan. Komputer berperan sebagai manajer dalam proses pembelajaran yang di kenal dengan nama Computer-Managed Instruction (CMI). Ada pula peran komputer sebagai pembantu tambahan dalam belajar; pemanfaatannya meliputi penyajian informasi, isi materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya. Modus ini di kenal sebagai Computer-Assigted Intruction (CAI). CAI mendukung pembelajaran dan pelatihan akan tetapi ia bukanlah penyampaian utama materi pembelajaran. Komputer dapat menyajikan informasi dan tahapan pembelajaran lainnya di sampaikan bukan dengan media komputer.
Penggunaan komputer sebagai media pembelajaran secara umum mengikuti proses intruksional sebagai berikut[25] :
1.      Merencanakan, mengatur dan mengorganisasikan, dan menjadwalkan pengajaran;
2.      Mengevaluasi siswa (tes);
3.      Mengumpulkan data mengenai siswa;
4.      Melakukan analisis statistik mengenai data pembelajaran;
5.      Membuat catatan pembelajaran ( kelompok dan perseorangan).
Format penyajian pesan dan informasi dalam CAI terdiri atas tutorial terprogram, tutorial intelijen, drill and practice, dan simulasi. Tutorial terprogram adalah seperangkat tayangan baik statis maupun dinamis yang telah lebih dahulu di programkan. Secara berurut, seperangkat kecil informasi di tayangkan yang di ikuti dengan pertanyaan. Jawaban siswa di analisis oleh komputer (dibandingkan degan kemungkinan-kemungkinan jawaban yang telah di program oleh guru/ perancang), dan berdasarkan hasil analisis itu umpan balik yang sesuai.
Urutan linier dan urutan bercabang di maksudkan untuk penyajian materi pelajaran tambahan berdasarkan hasil analisis perkembangan siswa setelah menyelesaikan beberapa latihan dan tugas. Semangkin banyak alternatif cabang yang tersedia, semangkin luwes program tersebut menyesuaikan dengan perbedaan individual siswa. Media tambahan lain biasanya di gabung untuk format tutorial terprogram, seperti tugas-tugas bacaan berbaris cetak, kegiatan kelompok, percobaan laboratorium, kegiatan latihan, simulasi dan interaktif dengan vidiodisk. Manfaat tutorial terprogrm akan tampak jika menggunakan kemampuan teknologi komputer untuk bercabang dan interaktif.
Tutorial intelijen berbeda dari tutorial terprogram karena jawaban komputer terhadap pertanyaan siswa di hasilkan oleh intelegensia artifisial, bukan jawaban-jawaban yang terprogram yang terlebih dahulu di siapkan oleh perancang pelajaran. Dengan, demikian ada dialog dari waktu ke waktu antar siswa dan komputer. Bank siswa maupun komputer dapat bertanya atau memberi jawaban.
Drill and practice di gunakan dengan asusmsi bahwa suatu konsep, aturan atau kaidah, atau prosedur telah di ajarkan kepada siswa. Program ini menuntun siswa dengan serangkai contoh untuk meningkatkan kemahiran dengan menggunakan keterampilan. Hal terpenting adalah memberikan penguatan secara konstan dengan jawaban yang benar. Komputer dengan sabar memebri latihan sampai suatu konsep benar-benar di kuasai sebelum pindah kepada konsep yang lainnya. Ini merupakan salah kegiatan yang amat efektif apabila pembelajaran itu memerlukan pengulangan untuk mengembangkan keterampilan untuk mengingat dan menghafal fakta ataupun informasi. Meskipun pernah mendapat kritikan tajam, format drill and practice  kini memperole kembali tempat dalam pembelajarn. Tugas / perilaku kompleks seringkali memerlukan keterampilan yang harus secara otomatis di lakukan, terutama keterampilan yang di kerjakan dengan kecepatan dan ketetapan. Keterampilan seperti ini hanya dapat di kuasai dengan mempelajarinya melalui latihan yang ekstensif. Latihan ekstensif yang dapat memberikan hasil penguasa otomatis adalah melalui format kegiatan drill and practice pada komputer.
Simulasi pada komputer memberikan kesempatan untuk belajar secara dinamis, iteraktif, dan perorangan. Dengan simulasi, lingkungan pekerjaan dan komleks dapat di tata dalam dunia nyata. Simulasi yang menyangkut hidup mati seperti pada bidang kedokteran atau penerbangan dan pelayaran sangat bermanfaat jika tidak di katakan merupakan cara terbaik untuk memperoleh pengalaman “nyata”. Keberhasilan simulasi di pengaruhi oleh tiga faktor, yaitu sekenario, modal dasar, dan lapisan pengajaran. Sekenario harus mencerminkan kehidupan nyata. Ia menentukan apa yang terjadi dan bagaimana hal itu terjadi, siapa karakternya, objek apa yang ikut terlibat, apa peran siswa, dan bagaimana siswa berhadapan dengan simulasi itu.
Untuk mesimulasikan suatu situasi, koputer harus menaggapi tindakan siswa seperti hanya terjadi dalam situasi kehidupan sesungguhnya. Model dasar merupakan faktor kedua yang turut mempengaruhi keberhasilan simulasi. Model adalah formula matematis atau aturan “ jika maka “ yang mencerminkan sebab dan akibat dalam pengalaman kehidupan nyata. Lapisan pebelajaran taktik dan strategi pembelajaran yang di gunakan untuk mengoptimalkan pembelajaran dan motifasi.
Disamping prinsip-prinsip media berbasis cetak, prinsip perancangan layar perlu mendapat perhatian untuk pengembangan media berabasis komputer. Berikut adalah beberapa petunjuk perwajahan teks media berbasis computer[26] :
a.       Layar / monitor komputer bukanlah halaman, tetapi penayangan yang dinamis yang bergerak berubah dengan perlahan-lahan.
b.      Layar tidak boleh terlalu padat-bagi kedalam beberapa tayangan, atau mulailah dengan sederhana dan pelan-pelan, dan tambahkan hingga mencapai tahapan kompleksitas yang di inginkan.
c.       Pilihan jenis huruf normal, tak berhias-gunakan huruf kapital dan huruf kecil, tidak menggunakan huruf kapital semua.
d.      Gunakan antara tujuh sampai sepuluh kata perbaris karena lebih mudah membaca kalimat pendek dari pada kalimat panjang.
e.       -    Tidak memenggal  kata pada akhir garis;
-          Tidak memulai paragraf pada garis terakhir dalam satu layar tayangan;
-          Tidak mengakhiri paragraf pada baris pertama layar tayangan;
-          Meluruskan baris kalimat pada sebelah kiri; namun, di sebelah kanan lebih baik tidak lurus karena lebih mudah membacanya.
f.       Jarak dua spasi di sarankan untuk tingkat keterbacaan yang lebih baik.
g.      Pilih karakter huruf tertentu untuk judul dan kata kunci, misalnya:
-          Cetak tebal, Garis bawah
-          Cetak miring (gaya cetak ini tidak di gunakan secara berlebihan untuk menjaga perhatian siswa terhadap pentingnya karakter dengan gaya cetak tertentu itu)
h.      Teks di beri kotak apabila teks itu berada bersama-sama dengan grafik atau respresentasi visual lainya pada layar tayangan yang sama.
i.        Konsisten dengan gaya dan format yang di pilih.
Konsep interaktif dalam pembelajaran paling erat kaitanya dengan media berbasis komputer. Interaksi dalam lingkungan pembelajaran berbasis komputer pada umumnya mengikuti tiga unsur yaitu (1) urutan-urutan intruksional yang dapat di selesaikan, (2) jawaban/respons atau pekerjaan siswa dan (3) upan balik yang dapat disesuaikan. Untuk melibatkan keterampilan berpikir tingkat yang lebih tinggi, tugas-tugas yang di sajikan melalui media ini harus mampu memperkenalkan dan memperhitungkan jawaban benar yang lebih dari satu, kreatifitas dan perbedaan pemecahan yang di sebabkan oleh pengetahuan awal siswa yang tidak homogen. Untuk meningkatkan kemampuan interaksi media berbasis komputer, saran-saran berikut perlu di pertimbangkan dalam pengembangan media tersebut.
a.       Pertimbangkan untuk menggunakan rancangan yang berpusatpada masalh,study kasus,atau simulasi di mana siswa secara mental terlibat dengan penyajian itu. Program seperti ini di mulai dengan menggugah dan melibatkan pikiran siswa secara aktif.
b.      Buatlah penyajian intruksional singkat kemudian minta supaya siswa mengolah atau memikirkan informasi yang di sajikannya itu.
c.       Berikan kesempatan untuk berinteraksi sekurang-kurangnya setiap 3 atau 4 layar tayangan atau, setiap satu atau dua menit.
d.      Pertimbangkan desain dimana siswa tidak di beri informasi dalam bentuk linier, tetapi mencoba menemukan informasi melalui eksplorasi aktif dalam lingkungan elektronis.
e.       Pertimbangkan untuk memperbolehkan siswa berhubungan dengan pemakai komputer lain melalui model atau papan informasi elektronok. Siswa bisa di mintak untuk berbagai tulisan kreatif, pemecahan masalah, atau pengambilan keputusan dengan siswa lain di lokasi yang jauh.
f.       Jangan maskan interaksi misalnya, hindari pertanyaan yang semata-mata hanya ingin memperoleh jawaban siswa.

F.     PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR
Dalam dua dekade terakhir ini perpustakaan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sekolah. Hampir di setiap sekolah mulai dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi terdapat perpustakaan sekolah. Bahkan unit-unit perpustakaan keliling (mobile library) dari dapartemen pendidikan dan kebudayaan tersedia dikota-kota besar guna melayani kebutuhan para pelajar.
Perpustakan merupakan pusat sarana akademis. Perpustakaan menyediakan bahan-bahan pustaka berupa barang cetakan seperti buku, majalah/jurnal ilmia, peta, surat kabar, karya-karya tulis berupa monograf yang belum di terbitkan, serta bahan-bahan non cetakan seperti  micro-fisth, micro-film,  foto-foto, film, kaset audio / vidio lagu-lagu dalam piringan hitam, rekaman pidato (dokumenter), dan lain-lain. Oleh karena itu, perpustakaan dapat di manfaatkan oleh pelajar,mahasiswa dan masyarakat pada umumnya untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang keilmuan baik untuk tujuan akademis maupun untuk rekreasi[27] . Bahan-bahan yang tersedia itu dapat di kelompokkan kedalam jenis (1) referensi, (2) reserve, (3) pinjaman.
Bahan-bahan referensi yang biasanya di tata dalam satu ruang khusus merupakan sumber-sumber untuk fakta-fakta tertentu yang sudah baku, misalnya ensiklopedia, kamus, statistik, buku tahunan, biografi buku pegengan, atlas, indeks (tesis, disertasi, artikel ilmiah), abstrak dan lain-lain yang sejenis. Bahan-bahan sumber di perlukan oleh banyak orang sehingga tidak di pinjamkan untuk di bawa keluar perpustakaan. Dengan demikian seseorang yang perlu memerlukan informasi dari bahan dan buku-buku referensi ini hanya di perbolehkan membacanya dalam ruang yang telah di sediakan.
Bahan-bahan reserve biasanya terdiri dari buku-buku, artikel, atau handouts untuk mata pelajaran tertentu atas permintaan tenaga pengajaranya. Ini di maksudkan agar semua pelajaran-mahasiswa  yang mengikuti mata pelajaran itu dapat memperoleh akses terhadap bahan-bahan yang merupakan bagian dari penyelesaian tugas-tugas yang di bebankan oleh pengajar.
Untuk memperoleh bahan-bahan yang di perlukan pelajar-mahasiswa perlu mengetahui sistematika penataan dan penyimpanan buku-buku pada perpustakaan. Klasifikasi buku yang umum di gunakan pada perpustakaan adalah Klasifikasi Desimal dewey dan klasifikasi library of congress. Klasifikasi desimal dewey mengidentifikasi bidang-bidang ilmu dengan kode angka tiga digit, sedangkan Klasifikasi Library of congress menggunakan abjad, misalnya bidang bidang bahasa: 400 (Desimal Dewey), p (library of congress). Oleh karena itu, pelajaran-mahasiswa yang ingin menemukan bahan atau buku ini di perpustakaan harus mengetahui nomor klasifikasi buku tersebut. Nomor klasifikasi itu terekam pada kartu katalog; biasanya satu buku memiliki tiga kartu katalog, yaitu kartu subjek, kartu judul, dan kartu pengarang.
Pemanfaatan perpustakaan sebagi sumber belajar secara efektif memerlukan keterampilan sebagia berikut[28] :
1.      Keterampilan mengumpulkan informasi yang meliputi keterampilan mengenal sumber informasi dan pengetahuan, menentukan lokasi sumber informasi berdasarkan sistem klasifikasi perpustakaan, cara menggunakan katalog dan indeks, dan menggunakan bahan referensi seperti eniklopedia, kamus, buku tahunan, dan lain-lain.
2.      Keterampilan mengambil intisari dan mengorganisasikan informasi, seperti memilih informasi yang relavan dengan kebutuhan dan masalh, dan mendokumentasikan informasi dan sumbernya.
3.      Keterampilan menganalisis, menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi seperti: memahami bahan yang di baca, membedakan antara fakta dan opini, dan menginterpretasi informasi baik yang saling mendukung maupun yang berlawnan.
4.      Keterampilan menggunakan informasi, seperti: memanfaatkan intisari informasi untuk mengambil keputusan dan memecahkan masalah, menggunakan informasi dalam diskusi, dan menyajikan inforasi dalam bentuk lisan.


BAB IV
EVALUASI MEDIA PEMBELAJARAN


Evaluasi media pembelajaran sangat penting untuk dilakukan. Hal tersebut dilakukan agar indicator pencapaian hasil dari pembelajaran yang dilaksankan benar-benar dapat dicapai dengan sempurna. Dalam proses pembelajaran yang menggunakan media baik sebagai alat maupun sebagai sumber ada beberapa hal yang perlu untuk diketahui[29], yaitu :
1.      Apakah tujuan atau indicator penggunaan media sudah tercapai dengan baik dan sempurna?
2.      Apakah ketika memilih media yang akan digunakan sudah memenuhi kriteria pemilihan yang sudah ditetapkan?
3.      Apakah mekanisme/prosedur menggunakan media pembelajaran sudah memadai?
4.      Apakah langkah-langkah penggunaan media pembelajaran oleh guru sudah tepat?
5.      Apakah dengan menggunakan media pembelajaran itu guru berhasil membawa peserta didik dalam proses pembelajaran yang menyenangkan?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat terkait dengan evaluasi media pembelajaran. Oleh karena itu, sangat perlu ditetapkan kriteria-kriteria media pembelajaran untuk melaksanakan evaluasi ini.
 Evaluasi ini perlu dilaksanakan karena memiliki beberapa tujuan[30] :
1.      agar dapat memilih media pembelajaran yang tepat yang akan digunakan dalam proses pembelajaran baik dikelas maupun diluar kelas
2.      agar prosedur penggunaan media, baik sebagai alat maupun sebagai sumber, dapat diketahui
3.      agar dapat diketahui tingkat pencapaian tujuan atau indicator pencapaian hasil
4.      agar dapat memberikan penilaian kepada guru yang memilih dan menggunakan media
5.      agar informasi dapat diberikan kepada pihak yang terkait untuk kepentingan administrasi
6.      agar media pembelajaran menjadi lebih baik dan sempurna.
Pengevaluasian yang dikemukakan berikut ini hanyalah sebagai contoh, selanjutnya diharapkan para guru dapat memberikan atau melaksanakan evaluasi media pembelajaran secara mandiri, baik sebagai alat maupun sebagai sumber. Dengan yang dikemukakan diharapkan guru dan calon guru dapat memahami media secara konprehensip. Disamping betul-betul disadari bahwa media merupakan suatu kemutlakan adanya dalam dunia pembelajaran agar standar yang diinginkan akan lebih mudah dicapai.
A.    Evaluasi Bahan Bacaan
NO
KRITERIA
YA
TIDAK
1
Apakah ide penulis buku sesuai dengan filsafat pendidikan dan tujuan yang ingin dicapai?


2
Apakah materi buku yang digunakan sudah mencukupi untuk materi pelajaran yang dimaksud?


3
Apakah isi buku sudah memiliki tingkat kesahihan yang sesuai dengan realita?


4
Apakah inti bahasan dalam buku itu benar-benar signifikan?


5
Apakah isi buku sudah tersusun secara metodis dan paedagogis?


6
Apakah bahasa yang digunakan sudah sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual peserta didik?


7
Apakah bahasa dan penjelasannya menarik, sederhana, dan mudah dipahami?


8
Apakah formatnya menarik dan merangsang peserta didik untuk membacanya?


9
Apakah penjelasan dalam buku tersebut dilengkapi dengan alat bantu lainnya ( gambar, diagram, table dll)?


10
Apakah penulis mempunyai wewenang pada latar belakang yang diperlukan?


B.     Evaluasi Papan Tulis
NO
KRITERIA
YA
TIDAK
1
Apakah penggunaan papan membantu dalam memberikan ilustrasi dan informasi yang guru berikan?


2
Apakah penjelasan dengan menggunakan papan tulis dapat mendorong peserta didik untuk bekerja dan berdiskusi?


3
Apakah dengan menggunakan papan tulis dapat membantu membangkitkan minat peserta didik dalam belajar?


4
Apakah penjelasan materi dengan menggunakan papan tulis bermakna dan merupakan garis-garis besar materi?


5
Apakah penjelasan materi dipapan tulis sudah tersusun secara sistematis?


6
Apakah penggunaan papan tulis dapat merangsang dan mendorong motivasi peserta didik belajar dalam kelas?


7
Apakah guru langsung memperbaiki kesalahan yang terjadi ketika menggunakan papan tulis?


8
Apakah guru sudah berdiri pada tempat yang benar ketika menggunakan papan tulis dalam menjelaskan materi


9
Apakah papan tulis sudah disiapkan sebelum proses pembelajaran dimulai?


10
Apakah penggunaan papan tulis dapat memberikan kebebasan dalam menjelaskan materi kepada peserta didik?



C.    Evaluasi Gambar

NO
KRITERIA
YA
TIDAK
1
Apakah gambar sudah menunjukan situasi yang hakiki?


2
Apakah komposisi gambar sederhana, jelas dan berkesan?


3
Apakah dalam gambar terdapat bentuk tertentu sehingga peserta didik dapat melihat objek yang baru?


4
Apakah gambar yang sudah menunjukkan sesuatu yang hidup?


5
Apakah gambar mengandung nilai fatografis yang baik?


6
Apakah gambar bersifat artistic?


7
Apakah gambar mengandung nilai mekanis?


8
Apakah gambar membuat peserta didik lebih berminat untuk belajar?


9
Apakah gambar memotivasi peserta didik dalam belajar?


10
Apakah gambar dapat merangsang peserta didik melakukan diskusi?


11
Apakah gambar dapat mempermudah untuk mencapai indicator pencapaian hasil belajar?



Demikian beberapa contoh cara melakukan evaluasi media pembelajaran, baik sebagai sumber maupun sebagai alat. Untuk selanjutnya diharapkan para guru dan calon guru dapat melakukan evaluasi dan membuat daftar evaluasi dengan lebih baik[31].



BAB V
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Globalisasi disatu sisi, dan desentralisasi pada sisi yang lain telah membawa dampak adanya berbagai perubahan pada semua bidang kehidupan, tak terkecuali perubahan yang terjadi dibidang pembelajaran. Dimana bidang pembelajaran dianggap sebagai suatu wahana untuk mempersiapkan sumber daya manusia (SDM), yang mampu mengendalikan dan memanfaatkan perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh adanya globalisasi dan desentralisasi tersebut.
Untuk mengendalikan dan memanfaatkan perubahan-perubahan yang diakibatkan globalasisai dan desentralisasi tersebut, maka dalam bidang pembelajaran untuk meningkatkan kualitas peserta didik, maka penggunaan media dalam proses belajar-mengajar sangat diperlukan untuk menunjang pembelajaran menjadi lebih aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan, sehingga tidak ada peserta didik yang berkualiatas tetapi gurunya juga berkompeten dan berkualitas lebih baik lagi dalam menciptakan suasana belajar yang lebih efisien dan eduktif. Oleh karena itu, media pembelajaran erat kaitan dengan guru dan peserta didiknya.

B.     Saran
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi diharapkan guru dalam menyajikan pembelajaran dikelas menggunakan media pembelajaran yang tepat sehingga mudah diterima dan diserap oleh peserta didik, sehingga penguasaan pelajaran yang diharapkan dapat berjalan dengan mestinya dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk peserta didik, diharapkan media pembelajaran ini tidak disalah artikan dan digunakan untuk hal-hal yang diluar pelajaran atau pendidikan.


            DAFTAR PUSTAKA


Heinich, Molenda dan Russell.1982.Intructional Media and The New Technologies of Intruction.Newyork :John Wiley & Sons.
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Usman, M. Uzer. 2000. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Miarso, Yusufhardi. 1995. Membina Efektifitas Pembelajaran. Jakarta: CV Rajawali.
Rianto, Andre. 1982. Peranan Audio Visual dalam Pembelajaran. Yogyakarta: Kanisius.
Sudjana, Rivai. 1990. Media Pengajaran. Bandung: CV Sinar Baru.
Latuheru, J. D. 1993. Media Pembelajaran dalam Proses Belajar-Mengajar Kini. Ujung Pandang: IKIP.
Anwar, Abu. 2007. Media Pembelajaran. Pekanbaru: Suska Press.
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Abdul, Gafur. 1990. Desain Instructional: Suatu Langkah Sistematis Penyusunan Pola Dasar Kegiatan Belajar Mengajar. Solo: Tiga Serangkai.

Atwi, Suparman. 1997. Model-Model Pembelajaran Interaktif. Jakarta: STIALAN Press.

Sadiman, Arif. 1990. Media pendidikan, pengertian pengembangan dan pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali.
Makmun, Abin Syamsudin. 1996. Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda Karya.


[1]  Heinich, Molenda dan Russell.1982.Intructional Media and The New Technologies of Intruction.Newyork :John Wiley & Sons. Halm 25
[2] Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta:Gava Media. Halm 5-6
[3] Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Halm 6
[4] Usman, M. Uzer. 2000. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Halm 7
[5] Muchyidin, Ase S. 1989. Media Pembelajaran dan Sumber Belajar. Bandung: Alumni. Halm 199-200
[6] Miarso, Yusufhadi. 1984. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta:CV Rajawali. Halm 185
[7] Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta:Gava Media. Op.cit. halm 12
[8] Makmun, Abin Syamsudin. 1996. Psikologi Kependidikan. bandung: Rosda Karya. Halm 17
[9] Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta:Gava Media. Op.cit. halm 15
[10] Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Halm 7-8
[11] Sadiman, Arif.1990. Media pendidikan, pengertian pengembangan dan pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali.Halm 9
[12] Miarso, Yusufhadi. 1984. Teknologi Komunikasi Pendidikan. . Op.cit, halm 201
[13] Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Halm 10
[14] Anwar, Abu. 2007. Media Pembelajaran. Pekanbaru: Suska Press. Halm 27
[15] Anwar, Abu. 2007. Media Pembelajaran. Pekanbaru: Suska Press. Op. cit.  Halm 28-30
[16] Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. Op.cit. Halm 82.
[17] Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. Op.cit. Halm 83
[18] Abdul, Gafur. 1990. Desain Instructional: Suatu Langkah Sistematis Penyusunan Pola Dasar Kegiatan Belajar Mengajar. Solo: Tiga Serangkai. Halm 85.
[19] Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Op. Cit. Halm 57
[20] Atwi, Suparman. 1997. Model-Model Pembelajaran Interaktif. Jakarta: STIALAN Press. Halm 150
[21] Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. Op.cit. Halm 87
[22] Atwi, Suparman. 1997. Model-Model Pembelajaran Interaktif. Jakarta: STIALAN Press. Halm 165
[23] Miarso, Yusufhardi. 1995. Membina Efektifitas Pembelajaran. Jakarta: CV Rajawali. Halm 169
[24] Rianto, Andre. 1982. Peranan Audio Visual dalam Pembelajaran. Yogyakarta: Kanisius. Halm 94
[25] Miarso, Yusufhadi. 1984. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: CV.Rajawali. Op.Cit. Halm 177
[26] Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. Op.cit. Halm 99-100
[27] Sudjana, Rivai. 1990. Media Pengajaran. Bandung: CV SInar Baru. Halm 41
[28] Anwar, Abu. 2007. Media Pembelajaran. Pekanbaru: Suska Press. Op. cit.  Halm 90
[29] Latuheru, J. D. 1993. Media Pembelajaran dalam Proses Belajar-Mengajar Kini. Ujung Pandang: IKIP. Halm 97-98
[30] Anwar, Abu. 2007. Media Pembelajaran. Pekanbaru: Suska Press. Op. cit.  Halm 98
[31] Anwar, Abu. 2007. Media Pembelajaran. Pekanbaru: Suska Press. Op. cit.  Halm 99 - 101

Tidak ada komentar:

Posting Komentar